Notonagoro Bukan Mitos, Urutan Presiden Indonesia Diduga Sudah Ditulis Sejak Abad ke 12

Ilustrasi Kitab ramalan Jayabaya dan simbol Notonagoro misterius
Sumber :
  • pexel @Czapp Árpád

Viva, Banyumas - Ramalan Jayabaya kembali menyita perhatian publik di tahun 2025. Kitab kuno yang ditulis oleh Raja Kediri, Prabu Jayabaya, pada abad ke-12 disebut-sebut telah memuat prediksi mencengangkan mengengai urutan presiden Indonesia.

8 Ramalan Gus Dur yang Terbukti Nyata: Dari Soeharto Jatuh hingga Jokowi Presiden

Salah satu sandi paling terkenal dalam ramalan jayabay yang ditulis pada abad 12 ini adalah Notonagoro—sebuah kata misterius yang dipercaya mewakili nama-nama pemimpin bangsa.

Apa Itu Notonagoro?

Terungkap! Mengapa Suku Jawa dan Sunda Hidup Bersebelahan di Pulau Jawa Tapi Punya Budaya yang Sangat Berbeda?

Dilansir dari akun Youtube H21R, Notonagoro diyakini merupakan akronim simbolik dari nama para presiden Indonesia sejak kemerdekaan. Interpretasi populer menyebut bahwa:

No merujuk pada Soekarno dan Soeharto

Geger! Elon Musk Bentuk Partai America Party Siap Guncang Politik AS, Mau Jadi Presiden?

To merujuk pada tokoh seperti Gus Dur dan Megawati

Na pada Susilo Bambang Yudhono

Go pada Joko Widodo (gowi? atau "go" sebagai makna bergerak)

Ro? Hingga kini, sosok ini masih menjadi misteri—apakah presiden setelah Jokowi?

Meski penuh perdebatan, banyak yang meyakini bahwa setiap pergantian presiden sesuai dengan urutan Notonagoro, membuatnya semakin dipercaya sebagai panduan spiritual Nusantara.

Ramalan Jayabaya dan Zaman Kalabendu

Selain Notonagoro, Jayabaya juga meramalkan akan datangnya zaman Kalabendu—era kekacauan sosial, moral rusak, dan kepemimpinan yang tidak adil. Banyak yang mengaitkannya dengan kondisi Indonesia saat ini: korupsi merajalela, polarisasi politik, dan krisis kepercayaan terhadap elite. Namun Jayabaya juga menuliskan harapan: akan muncul sosok penyelamat bernama Satrio Piningit, pemimpin jujur yang muncul di tengah kekacauan dan membawa bangsa menuju kemakmuran atau Kalasuba.

Misteri Atau Manipulasi?

Sejumlah sejarawan modern skeptis terhadap akurasi ramalan ini. Mereka menilai, naskah Jangka Jayabaya yang beredar kemungkinan besar telah disunting ulang oleh pujangga abad ke-19 seperti Ranggawarsita.

Artinya, sandi seperti Notonagoro bisa saja baru ditambahkan setelah zaman modern. Namun, bagi sebagian masyarakat Jawa dan pecinta spiritualisme Nusantara, ramalan ini adalah bagian dari kearifan lokal yang tetap relevan.

Jayabaya bukan hanya meramal masa depan, tapi juga menyampaikan pesan moral: bangsa akan kuat jika dipimpin oleh orang bijak dan rakyat yang bersatu