Tarif Impor Masih 32 Persen, Mensesneg Minta Masyarakat Doakan yang Terbaik

Mensesneg optimistis negosiasi tarif impor masih terbuka
Sumber :
  • instagram @prasetyo_hadi28

Viva, Banyumas - Pemerintah Indonesia terus melakukan berbagai upaya diplomasi untuk menurunkan tarif impor sebesar 32 persen yang diberlakukan Amerika Serikat terhadap produk Indonesia. Meskipun keputusan tersebut telah diumumkan secara resmi oleh Presiden AS Donald Trump, negosiasi dinilai masih terbuka.

Terungkap! Pemerintah Klaim Ciptakan 3,6 Juta Lapangan Kerja dalam Setahun, Tapi Kenapa Banyak Pengangguran di Indonesia

Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) RI, Prasetyo Hadi, menegaskan bahwa proses dialog antara kedua negara terkait impor 32 persen yang akan berlaku 1 Agustus 2025 masih berlangsung dan belum menemui kebuntuan. Ia menyebut bahwa pemerintah Indonesia telah memberikan berbagai penawaran kepada pihak AS untuk mencapai titik temu terbaik demi kepentingan bersama.

“Ya bukan deadlock. Yang namanya bernegosiasi kan saling memberikan tawaran. Dari pemerintah Indonesia juga sudah memberikan penawaran,” ujar Prasetyo yang dilansir dari Viva.

Tradisi Pacu Jalur Riau Diklaim Milik Malaysia, Pemerintah Angkat Bicara Hingga Rencana Didaftarkan ke UNESCO!

Prasetyo mengungkapkan bahwa pemerintah akan terus mencoba berbagai opsi untuk menekan dampak dari kebijakan tarif impor tersebut. Ia juga meminta dukungan dan doa dari masyarakat Indonesia agar proses negosiasi dapat menghasilkan keputusan terbaik untuk ekonomi nasional.

“Kalau hari ini belum diterima oleh pihak Amerika, kita coba lagi. Masih ada waktu sampai 1 Agustus. Doakan tim kita supaya bisa hasilkan yang terbaik,” tambahnya.

25 Sertifikat Tanah Diserahkan ke Bupati Banjarnegara: Apa Manfaat Besar Bagi Masyarakat Banjarnegara?

Diketahui, Presiden Trump telah menandatangani keputusan untuk tetap mengenakan tarif 32 persen terhadap semua produk Indonesia yang diekspor ke AS, mulai 1 Agustus 2025.

Ia menyatakan bahwa kebijakan tersebut merupakan langkah untuk menekan defisit perdagangan AS yang dianggap merugikan negara mereka selama bertahun-tahun.

Namun, Prasetyo menegaskan bahwa Indonesia tidak tinggal diam. Pemerintah akan memaksimalkan sisa waktu yang ada untuk bernegosiasi secara intensif. Ia berharap langkah-langkah diplomatik ini bisa mengarah pada keputusan yang lebih adil dan tidak merugikan pelaku usaha nasional.

Langkah ini dinilai krusial karena tarif impor 32 persen berpotensi menghambat pertumbuhan ekspor Indonesia ke pasar AS, yang selama ini menjadi salah satu mitra dagang utama.

Oleh karena itu, selain diplomasi, pemerintah juga tengah menyiapkan strategi alternatif untuk melindungi sektor perdagangan dan industri dalam negeri.

Dengan tenggat waktu yang semakin dekat, pemerintah mengajak seluruh elemen masyarakat untuk tetap tenang, mendukung upaya negosiasi, dan mendoakan yang terbaik demi tercapainya hasil optimal dalam kebijakan perdagangan internasional ini