Mahfud MD Bongkar Malam Malam Ditelepon Jenderal Senior Jelang Reshuffle Kabinet
- instagram @mohmahfudmd
Curhat Pemilik Warung Sekitar Holyland Karanganyar: Saya Bingung Mau Senang Apa Sedih Mahfud MD ungkap ditelepon jenderal senior sebelum reshuffle kabinet. Ia ditawari kursi Menko Polhukam, namun menolak demi menjaga standar etik politiknya
Viva, Banyumas - Mantan Menko Polhukam, Mahfud MD, kembali menjadi sorotan publik usai mengungkap pengalamannya ditelepon seorang jenderal senior pada malam menjelang reshuffle kabinet Presiden Prabowo Subianto. Kisah ini disampaikan Mahfud dalam kanal YouTube resminya, Mahfud MD Official.
Menurut Mahfud, percakapan itu berlangsung pada Minggu (7/9/2025), tepat sehari sebelum Presiden Prabowo mencopot Budi Gunawan dari kursi Menko Polhukam. Ia mengaku sempat kaget ketika diminta untuk segera terbang dari Yogyakarta ke Jakarta.
“Malam menjelang pelantikan, menjelang pengumuman reshuffle, saya ditelepon seorang jenderal senior. Beliau bilang, ‘Pak Mahfud di mana?’ Saya jawab di Yogya. Lalu beliau berkata, ‘Ke sini (Jakarta),’” ungkap Mahfud di laman Youtube Pribadinya Mahfud MD Official.
Pertemuan langsung kemudian terjadi pada Selasa (9/9/2025). Dalam kesempatan itu, sang jenderal menawarkan Mahfud posisi Menko Polhukam yang saat itu kosong. Menurut jenderal tersebut, Mahfud dianggap figur tepat untuk menjembatani komunikasi antara TNI dan Polri, serta menjaga stabilitas politik dan keamanan nasional.
Namun, Mahfud MD menegaskan dirinya tidak memberikan jawaban pasti. Ia menolak secara halus dengan alasan berpegang pada standar etik yang telah ia sampaikan sejak putusan Mahkamah Konstitusi pada April 2024.
“Saya sudah punya komitmen etika. Jabatan di pemerintahan seharusnya diberikan kepada mereka yang benar-benar berjuang memenangkan Pak Prabowo. Saya tidak, karena saya justru berjuang sebagai lawannya bersama Pak Ganjar,” jelas Mahfud.
Lebih jauh, ia mengaku serba salah jika harus memilih. Menolak akan dianggap sombong, sementara menerima bisa dinilai tidak tahu diri. Karena itu, ia memilih memberikan jawaban yang mengambang. Meski akhirnya tidak masuk kabinet, Mahfud MD memastikan dirinya tetap ingin mengabdi pada bangsa.
Salah satunya dengan bergabung dalam Komite Reformasi Polri bentukan Presiden Prabowo. Menurutnya, reformasi di tubuh kepolisian lebih mendesak karena menyangkut citra dan kepercayaan masyarakat.
“Banyak aturan Polri sudah baik, tapi kulturnya yang bermasalah. Polisi dianggap dekat dengan praktik pungli dan kurang meritokrasi. Itu yang harus diperbaiki,” tegas Mahfud. Keterlibatan Mahfud dalam reformasi Polri dinilai publik sebagai langkah strategis.
Meski di luar kabinet, pengaruh dan pandangan Mahfud tetap menjadi rujukan penting dalam diskursus hukum dan demokrasi di Indonesia