Wereng dan Burung Pipit Serbu Sawah Organik Magelang, Petani Pasang Jala Penyelamat

Ilustrasi Petani organik Magelang pasang jaring
Sumber :
  • pexel @arifulhaque

Serangan wereng dan burung pipit mengancam padi organik di lereng Merapi, Magelang. Petani pasang jala dan berjaga siang malam agar hasil panen tidak merosot 40 persen

Makam Husein Mutahar Terancam, Pejuang Penyelamat Merah Putih Belum Diperpanjang Ahli Waris Sejak 2007

Viva, Banyumas - Musim yang tidak menentu kembali menimbulkan persoalan serius bagi petani padi organik di Kabupaten Magelang. Di lereng Gunung Merapi, tepatnya Desa Bringin, Kecamatan Srumbung, sawah-sawah organik kini diserbu hama wereng dan kawanan burung pipit.

Kondisi ini membuat para petani harus bekerja ekstra demi menyelamatkan panen yang sudah di ambang mata. Salah satu petani, Johanes Goalbertus Mugito, mengaku padi varietas mentik wangi susu miliknya terancam berkurang drastis akibat serangan hama. Padi yang seharusnya siap panen justru menjadi santapan burung pipit dan rusak karena wereng.

Tembakau Magelang Mulai Dijemur, Petani Targetkan Harga Rp100 Ribu per Kg

“Demi keamanan saya harus pasang rajut jala agar panen tidak terlalu banyak dimakan burung pipit,” kata Mugito dikutip dari Pemkab Magelang.

Bersama istrinya, Mugito bahkan harus berjaga siang hari di sawah. Selain memasang jaring di sekeliling lahan, ia juga menambahkan penghalang lain untuk mengusir kawanan burung. Menurutnya, tanpa upaya itu, hasil panen bisa turun hingga 40 persen.

Prabowo Banggakan MBG: Ciptakan 290 Ribu Lapangan Kerja dan Libatkan 1 Juta Petani Padahal Baru 8 Bulan Berjalan

Meski sudah lebih dari 20 tahun menekuni pertanian organik, Mugito mengakui bahwa musim tanam kali ini menjadi salah satu yang paling berat. Serangan hama tidak hanya datang dari burung pipit, tetapi juga dari wereng yang menyebabkan batang padi keropos, daun menguning, dan butir padi hampa.

“Kali ini serangan paling parah dibanding masa tanam sebelumnya. Kalau tidak diantisipasi, panen bisa gagal total,” jelasnya.

Kondisi ini mendapat perhatian dari Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang. Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura, Arifan Sasongko, menyebutkan bahwa luas budidaya padi organik di Magelang saat ini mencapai 2.000 hektare lebih.

Lahan tersebut tersebar di beberapa kecamatan seperti Grabag, Sawangan, Kaliangkrik, Srumbung, dan Bandongan. Arifan menegaskan bahwa pemerintah daerah terus mendorong program Go Organik sesuai arahan Pemkab Magelang.

Bahkan, hasil panen padi organik saat ini sudah ditampung melalui beberapa koperasi produsen, seperti Gupon Sekar Langit, Bandongan Organik Mitayani, Sumber Rejeki Kaliangkrik, hingga Gatos Bumi Jawi Sawangan.

Meski demikian, ancaman hama masih menjadi tantangan utama. Dinas berupaya mendampingi petani dengan penyuluhan, metode pengendalian hama ramah lingkungan, serta teknologi perlindungan tanaman yang sesuai standar organik.

Bagi petani seperti Mugito, perjuangan ini bukan hanya soal menjaga padi dari serangan hama, melainkan juga menjaga kesinambungan hidup.

“Kalau panen turun, modal tanam untuk musim berikutnya pun bisa hilang,” ungkapnya.

Serangan wereng dan burung pipit menjadi alarm bahwa keberlanjutan pertanian organik di Magelang memerlukan perhatian lebih, baik dari petani maupun pemerintah, agar program Go Organik benar-benar berhasil