Padatnya Cilacap Terungkap! Populasi Kendaraan Capai Rekor Baru 991 Ribu Unit
- pexel @Mikechie Esparagoza
Viva, Banyumas - Kota Cilacap yang dikenal sebagai kota pesisir di Jawa Tengah kini menghadapi tantangan serius di sektor transportasi. Kepadatan lalu lintas semakin terasa, terutama pada jam-jam sibuk pagi dan sore hari. Fenomena ini bukan tanpa sebab. Data terbaru menunjukkan, populasi kendaraan bermotor di Cilacap mencatat rekor baru yang mengejutkan.
Berdasarkan data Electronic Registration Identification (ERI) yang diperbarui pada 28 Juli 2025, jumlah kendaraan bermotor di Kabupaten Cilacap mencapai 991.071 unit. Angka ini menempatkan Cilacap di urutan kedua terbanyak di Jawa Tengah, tepat di bawah Kota Semarang.
Dari total tersebut, kendaraan roda dua atau sepeda motor mendominasi dengan jumlah 903.085 unit. Sementara itu, kendaraan roda empat kategori mobil pribadi tercatat sebanyak 61.063 unit. Angka ini belum termasuk bus, mobil niaga, dan kendaraan khusus lainnya yang juga turut memadati jalanan.
Jika dibandingkan dengan total jumlah kendaraan di Jawa Tengah yang mencapai 9.318.220 unit, Cilacap menyumbang sekitar 4,5 persen. Kota Semarang berada di posisi teratas dengan 2.009.049 unit, sedangkan Kota Magelang menjadi yang paling sedikit dengan hanya 130.025 unit. Lonjakan jumlah kendaraan ini jelas berdampak langsung pada arus lalu lintas.
Di Cilacap, titik-titik tertentu kini menjadi rawan kemacetan. Misalnya, di persimpangan jalan baru MT. Haryono yang menghubungkan Jl. Juanda dan Jl. Nusantara. Pada pagi hari saat warga berangkat kerja, arus kendaraan di titik ini sering tersendat.
Kondisi serupa juga terjadi pada sore hari sekitar pukul 17.00 WIB saat jam pulang kantor. Pertumbuhan jumlah kendaraan di Cilacap dipicu oleh beberapa faktor. Selain meningkatnya daya beli masyarakat, peran kendaraan dinas perusahaan dan ekspansi industri di wilayah ini juga menambah jumlah kendaraan operasional yang beredar di jalan.
Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah daerah. Tanpa pengelolaan lalu lintas yang efektif, risiko kemacetan semakin besar. Perlu adanya strategi seperti penataan kembali rute lalu lintas, optimalisasi transportasi umum, serta pengaturan parkir di kawasan padat aktivitas.