Mengenal Daun Dadap, Penangkal Petir Warisan Leluhur di Cilacap
- pexel @Ec lipse
Viva, Banyumas - Meski zaman terus berkembang dan teknologi makin maju, sebagian warga Desa Bojong, Kecamatan Kawunganten, Cilacap, tetap mempertahankan tradisi lama yang diwariskan turun-temurun. Salah satu warisan leluhur yang masih diyakini adalah penggunaan daun dadap sebagai pelindung dari bahaya alam, khususnya sambaran petir di sawah.
Tanaman daun dadap (Erythrina variegata) dikenal luas di lingkungan pertanian desa tersebut dan tumbuh subur di sepanjang tanggul sawah. Bagi para petani, daun ini bukan sekadar tanaman biasa, melainkan dipercaya memiliki kemampuan sebagai penangkal petir yang melindungi mereka saat cuaca ekstrem.
Keyakinan terhadap warisan leluhur ini terus dilestarikan oleh masyarakat Cilacap, terutama para petani yang bekerja di lahan terbuka. Di tengah modernisasi, mereka tetap menghormati dan menjaga tradisi menggunakan daun dadap sebagai bentuk perlindungan dan penghormatan terhadap kepercayaan nenek moyang.
Dikutip dari akun Instagram @wisata_jateng, Kepercayaan ini diwariskan secara turun-temurun. Setiap kali langit mulai mendung disertai kilatan petir, para petani akan segera memetik daun dadap yang tumbuh subur di sepanjang tanggul sawah.
Daun tersebut kemudian dibawa di atas kepala saat mereka menepi dari sawah dan kembali ke rumah. Bagi mereka, daun dadap bukan sekadar tanaman biasa, tetapi pelindung dari bahaya yang tak terlihat.
Mad Karim dan Tunjiyah, dua sesepuh desa, menceritakan bahwa tradisi ini telah berlangsung sejak zaman nenek moyang. Menurut mereka, tidak sedikit warga yang merasa selamat dari sambaran petir berkat membawa daun dadap.
Oleh karena itu, meskipun belum ada bukti ilmiah yang menguatkan, praktik ini tetap dilestarikan dengan penuh keyakinan. Fenomena ini menjadi bukti betapa kearifan lokal masih hidup dan dijaga dengan baik oleh masyarakat pedesaan.
