RSHS Akui Celah Pengawasan, Dokter Residen Priguna Gunakan Sisa Obat Bius untuk Lecehkan Korban

RSHS akui celah pengawasan usai kasus pelecehan terungkap
Sumber :
  • instagram @priguna_pratama

Viva, Banyumas - RSHS akui celah pengawasan usai terbongkarnya tindakan bejat yang dilakukan oleh dokter residen Priguna Anugerah Pratama. Dalam kasus ini, Priguna diketahui menyalahgunakan sisa obat bius yang seharusnya digunakan untuk penanganan medis pasien.

Langka Polres Cianjur Usai Anggotanya Blunder Tangkap Pencuri Hingga Warga Jadi Korban dan Babak Belur

Obat-obat tersebut dikumpulkan secara diam-diam, lalu digunakan untuk melecehkan korban yang merupakan keluarga pasien. Direktur Utama RSHS, Rachim Dinata Marsidi, menjelaskan bahwa dokter residen Priguna mengambil sisa obat bius dengan cara menyisihkan dari dosis yang diberikan ke pasien.

RSHS akui celah pengawasan terjadi karena proses distribusi obat tidak sepenuhnya diawasi secara langsung. Akibatnya, Priguna dapat mengakses dan menggunakan obat tersebut untuk melakukan pelecehan terhadap beberapa korban.

Korban Lapor Kasus Pelecehan, Polisi NTT Malah Lakukan Pelecehan Saat Pemeriksaan di Kantor!

Sebagai respons atas kejadian ini, RSHS akui celah pengawasan internal harus diperbaiki. Langkah awal yang akan diambil adalah melarang dokter residen seperti Priguna untuk mengambil obat secara langsung.

Pengambilan obat bius nantinya hanya boleh dilakukan oleh perawat atau dokter penanggung jawab pelayanan, guna mencegah penyalahgunaan seperti yang dilakukan Priguna terhadap korban.

Unik! Pencuri AC Dimaafkan dan Diberi Santunan oleh Korban, Tangis Pecah Saat Mediasi di Banyuwangi

Menurut Rachim, Priguna menyisihkan obat bius bukan dengan cara resmi, seperti menebus resep, melainkan mengumpulkan kelebihan dosis dari beberapa prosedur medis. “Misalnya dari satu pasien diberikan ¾ dosis, sisanya disimpan. Kalau ada empat pasien, sudah bisa mengumpulkan satu dosis penuh,” ungkap Rachim saat konferensi pers di RSHS yang dilansir dari akun Instagram @explorebandung.

Pihak rumah sakit sendiri mengaku kesulitan mendeteksi hal ini karena pengawasan distribusi obat masih memiliki celah, dan pergerakan dokter residen tidak selalu bisa diawasi secara ketat.

Halaman Selanjutnya
img_title