Tak Gentar Meski Harga Sayuran Anjlok, Petani Lereng Sumbing Magelang Raup Untung dari Daun Loncang

Petani panen sayuran tumpangsari
Sumber :
  • Pemkab Magelang

Meski harga sayur turun di lereng Sumbing, petani Magelang tetap bertahan. Tumpangsari jadi kunci, dengan daun loncang yang stabil di Rp8.000–10.000/kg sebagai penyelamat

Dorong Produktivitas dan Swasembada Pangan, Petrokimia Gresik Gelar Lomba Kentang Raksasa di Dieng Raya

Viva, Banyumas - Cuaca ekstrem yang melanda lereng Gunung Sumbing, Kabupaten Magelang, dalam beberapa pekan terakhir berdampak pada harga sayuran di tingkat petani. Beberapa komoditas seperti selada dan sawi sendok mengalami penurunan harga cukup tajam.

Namun, para petani tetap bisa bernapas lega berkat sistem tumpangsari yang mereka terapkan sejak awal masa tanam. Salah satu petani asal Desa Sukomakmur, Kecamatan Kaliangkrik, Mugiyo, mengaku tetap memperoleh keuntungan meski sebagian harga sayuran turun drastis.

IHSG Anjlok 275 Poin di Awal September, Tanda Awal Krisis Pasar Modal Indonesia

Ia menanam berbagai jenis sayuran sekaligus, seperti cabai keriting, selada, loncang, dan sawi sendok. Dengan cara itu, kerugian dari satu komoditas bisa tertutupi oleh hasil panen komoditas lain.

“Selada sekarang murah sekali, hanya Rp2.000 per kilogram. Sebelumnya bisa sampai Rp3.500/kg. Tapi masih tertolong dengan daun loncang yang harganya Rp8.000 sampai Rp10.000/kg, dan cabai di kisaran Rp17.000/kg,” ujar Mugiyo saat ditemui di ladangnya, Rabu (17/9/2025) dikutip dari Pemkab Magelang.

Tembakau Magelang Mulai Dijemur, Petani Targetkan Harga Rp100 Ribu per Kg

Menurut Mugiyo, sistem tumpangsari terbukti efektif menghadapi ketidakpastian cuaca. Dalam beberapa hari terakhir, hujan deras diselingi panas terik membuat pertumbuhan sayur tidak stabil. Namun, dengan menanam beberapa jenis sekaligus, ia masih bisa mengumpulkan modal untuk kembali menanam di musim berikutnya.

Wilayah Nepal Van Java, sebutan populer untuk kawasan lereng Sumbing, memang dikenal sebagai sentra produksi sayuran. Dari kawasan sejuk ini, berbagai komoditas pertanian dikirim ke pasar-pasar besar, termasuk Muntilan dan kota-kota lain di Jawa Tengah.

Abdul Soim, seorang pedagang sayur asal Kaliangkrik, menuturkan bahwa harga sayuran di pasaran sangat dipengaruhi kondisi cuaca dan waktu panen.

“Kalau panen bersamaan dengan daerah lain, harga bisa turun. Tapi kalau hasil panen mulai berkurang, biasanya harga naik lagi,” jelasnya.

Saat ini, permintaan daun loncang justru tinggi. Soim mengaku bisa membeli hingga satu ton daun loncang setiap hari dari para petani untuk kemudian disalurkan ke pasar-pasar regional. Hal ini membuat petani tetap optimis meski komoditas lain sedang merosot.

Kondisi ini menjadi pelajaran penting bagi petani di lereng Sumbing untuk terus mengandalkan diversifikasi tanaman. Dengan cara itu, risiko kerugian akibat fluktuasi harga bisa ditekan, sementara peluang meraih keuntungan tetap terbuka.

Ke depan, diharapkan stabilitas harga sayuran dapat lebih terjaga seiring perbaikan cuaca dan manajemen distribusi hasil panen yang lebih baik. Petani pun berharap dukungan pasar tetap kuat, sehingga semangat bercocok tanam di “negeri sayur” Magelang terus terjaga