Kisah di Balik Mediasi Siswi Gagal Aubede Klaten: Kepsek Dimutasi, Guru Jadi Tenaga Administrasi

Mediasi kasus siswi SMPN 2 Klaten di rumah dinas
Sumber :
  • instagram @hamenang

Kasus siswi SMPN 2 Klaten yang gagal masuk tim aubade berakhir damai. Kepala sekolah dimutasi, guru dialihkan menjadi tenaga administrasi, dan siswi siap kembali belajar

Di Tahun 2026, Guru dan Relawan Posyandu Akan Ikut Penerima Program Makan Bergizi Gratis (MBG)

Viva, Banyumas - Kasus viral terkait siswi SMPN 2 Klaten berinisial A yang gagal masuk tim aubade akhirnya menemui titik terang. Setelah menuai perhatian luas di media sosial, Bupati Klaten Hamenang Wajar Ismoyo memediasi pertemuan antara pihak sekolah dan orang tua siswi di Rumah Dinas Bupati, Kamis (11/9/2025).

Dalam forum yang juga dihadiri FKUB, Parisada Hindu Klaten, Kemenag, dan Kepala Dinas Pendidikan Klaten itu, kepala sekolah serta guru pembimbing aubade menyampaikan permohonan maaf secara resmi kepada keluarga A dan masyarakat.

Heboh di Boyolali: Guru SMAN 1 Cepogo Diduga Injak Punggung Siswa Hingga Digeruduk Warga

“Semoga kejadian ini menjadi pembelajaran bersama agar komunikasi dan sikap lebih hati-hati, sehingga toleransi dan kerukunan tetap terjaga,” ujar Hamenang dikutip dari akun Instagram pribadinya.

Sebagai tindak lanjut, Pemerintah Kabupaten Klaten memutuskan memindahkan Kepala SMPN 2 Klaten, Tonang Juniarta, ke sekolah lain. Guru pembimbing aubade yang sebelumnya terlibat juga dialihkan menjadi tenaga administrasi.

Dindikpora Banjarnegara Gelar Advokasi Penguatan Program Prioritas Pembelajaran dan Penilaian

Kebijakan ini diambil usai penilaian dari Dinas Pendidikan dan BKPSDM Klaten. Tonang menerima keputusan tersebut dengan lapang dada. “Saya menyampaikan permohonan maaf kepada semua pihak yang terdampak. Tidak ada staf yang salah, yang salah adalah pimpinan. Saya siap bertugas di mana saja demi pengabdian kepada Klaten,” katanya.

Kasus ini bermula dari kabar bahwa A gagal lolos seleksi tim aubade karena dugaan aturan wajib berhijab. Pihak sekolah menegaskan seleksi dilakukan sesuai SOP dan tanpa diskriminasi, sementara keluarga A mengaku anaknya sempat trauma hingga enggan masuk sekolah selama sepekan.

Mediasi yang digelar menjadi jalan keluar yang menenangkan kedua belah pihak. Bupati Hamenang memastikan A akan kembali ke sekolah pekan depan dengan pendampingan agar semangat belajarnya pulih.

Ia juga mengingatkan pentingnya sinergi sekolah, orang tua, dan pemerintah dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman dan inklusif.

Kasus siswi SMPN 2 Klaten ini menjadi refleksi penting bagi dunia pendidikan, bahwa komunikasi dan sikap bijak dari pendidik maupun pemangku kebijakan dapat mencegah konflik meluas. Pemerintah daerah berharap pengalaman ini mendorong budaya toleransi yang lebih kokoh di sekolah-sekolah Klaten