Netizen Bongkar Alasan Pestapora 2025 Putuskan Kerja Sama dengan Freeport
- instagram @pestapora
Pestapora 2025 putus kontrak dengan Freeport usai desakan musisi dan kritik netizen. Isu lingkungan dan sosial di Papua jadi alasan utama penolakan sponsor tersebut
Viva, Banyumas - Festival musik Pestapora 2025 di Kemayoran, Jakarta, yang awalnya penuh euforia justru diliputi kontroversi besar. Polemik bermula saat publik mengetahui keterlibatan PT Freeport Indonesia sebagai sponsor acara.
Informasi ini memicu reaksi keras dari musisi dan warganet, hingga akhirnya Pestapora mengumumkan penghentian kerja sama pada Sabtu (6/9/2025).
Reaksi Netizen di Media Sosial
Gelombang kritik terhadap Freeport pertama kali ramai di platform X (Twitter) dan Instagram. Sejumlah akun membongkar alasan mengapa kehadiran Freeport dianggap tidak sejalan dengan nilai yang dijunjung musisi.
Menurut penjelasan yang beredar di kolom komentar akun Instagram Pestapora, Freeport kerap dikaitkan dengan isu lingkungan dan hak asasi manusia di Papua. Beberapa laporan internasional, termasuk dari Corporate Accountability Lab (2023), menyoroti aktivitas tambang yang dianggap menimbulkan kerusakan ekologis dan konflik sosial.
Netizen menilai, citra Freeport bertolak belakang dengan semangat independen, kreatif, dan ramah lingkungan yang selama ini diusung festival musik seperti Pestapora.
Desakan dari Musisi
Tidak hanya warganet, sederet musisi juga ikut menyuarakan penolakan. Band Sukatani misalnya, menyatakan bahwa mereka bersama musisi lain mendesak panitia agar memutus kontrak dengan Freeport.
Dorongan kolektif inilah yang akhirnya membuat Pestapora mengambil langkah tegas. Meski kerja sama sudah dihentikan, sejumlah musisi tetap memutuskan mundur dari panggung. Nama-nama besar seperti Navicula, Petra Sihombing, .Feast, hingga Leipzig memilih tidak tampil sebagai bentuk konsistensi sikap.
Pernyataan Resmi Pestapora
Melalui akun Instagram resminya, Pestapora menyatakan bahwa sejak Sabtu (6/9/2025), mereka tidak lagi memiliki keterikatan dengan PT Freeport Indonesia. Pihak penyelenggara juga memastikan sponsor tersebut tidak akan hadir dalam bentuk apa pun pada hari kedua dan ketiga festival.
Langkah ini menjadi jawaban atas tuntutan publik, meski tidak serta-merta menghentikan gelombang kritik. Sebagian netizen tetap menilai keputusan ini terlambat karena kontrak kerja sama sempat diumumkan sejak awal festival.
Kasus Pestapora 2025 menjadi bukti nyata bagaimana persepsi publik dan nilai sosial dapat memengaruhi arah sebuah festival musik. Kehadiran sponsor besar tidak hanya dilihat dari aspek finansial, tetapi juga reputasi dan dampaknya terhadap masyarakat.
Ke depan, penyelenggara acara musik di Indonesia diharapkan lebih transparan dan selektif dalam memilih mitra. Dengan begitu, festival dapat berjalan lancar tanpa mengorbankan kepercayaan publik maupun idealisme musisi