Alasan Google Gagal di Era Muhadjir tapi Lolos Saat Nadiem Makarim Perihal Chromebook
- instagram @nadiem_makarim__
“Untuk meloloskan Chromebook, Nadiem menjawab surat Google dan membuka peluang mereka masuk dalam proyek pengadaan,” tambah Nurcahyo.
Kasus ini memperlihatkan perbedaan signifikan antara Muhadjir Effendy dan Nadiem Makarim. Muhadjir yang berlatar belakang akademisi lebih berhati-hati dan menolak jika produk tidak sesuai kebutuhan di lapangan.
Sementara Nadiem, dengan latar belakang sebagai pendiri startup teknologi, justru membuka ruang bagi perusahaan global masuk ke sistem pendidikan nasional. Sayangnya, keputusan tersebut kini berujung pada tuduhan korupsi pengadaan Chromebook yang merugikan negara.
Kasus ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah digitalisasi pendidikan benar-benar untuk kepentingan siswa, atau ada kepentingan korporasi di baliknya? Transparansi dan kajian kebutuhan seharusnya menjadi dasar setiap kebijakan, bukan lobi bisnis.
Kini, publik menunggu langkah lanjutan Kejagung dalam mengusut peran berbagai pihak, termasuk kemungkinan keterlibatan pihak luar negeri.