Demo Perempuan 3 September 2025 di DPR RI: Dress Code Pink Hitam dan Sapu Lidi Jadi Simbol
- instagram @aksigerak
Demo 3 September 2025 di DPR RI digelar Aliansi Perempuan Indonesia. Dress code pink-hitam dan sapu lidi jadi simbol perlawanan atas kekerasan negara dan pemborosan APBN
Viva, Banyumas - Jakarta kembali diramaikan dengan aksi demonstrasi pada Rabu, 3 September 2025. Kali ini, Aliansi Perempuan Indonesia menggelar aksi damai di depan gerbang utama DPR RI mulai pukul 10.00 WIB.
Aksi ini menarik perhatian publik bukan hanya karena tuntutannya, tetapi juga simbol unik yang digunakan: dress code pink-hitam dan sapu lidi. Berdasarkan flyer yang beredar di media sosial, khususnya Instagram, ada lima poin utama tuntutan yang diusung.
Pertama, meminta Presiden Prabowo menghentikan kekerasan negara terhadap rakyat. Kedua, mendesak agar pemerintah berhenti melakukan pemborosan uang rakyat untuk kepentingan pribadi pejabat. Tuntutan ketiga, menghentikan segala bentuk represifitas aparat terhadap masyarakat. Keempat, menegaskan bahwa aksi protes adalah hak demokratis rakyat, bukan makar atau terorisme.
Terakhir, mereka menuntut keadilan bagi korban kekerasan negara. Yang membuat aksi ini semakin unik adalah dress code yang ditetapkan. Para peserta diminta mengenakan pakaian dengan kombinasi warna pink dan hitam.
Warna pink dipilih sebagai simbol kelembutan dan keberanian perempuan, sementara hitam melambangkan duka atas berbagai bentuk ketidakadilan yang terjadi di Indonesia. Selain itu, peserta aksi juga diminta membawa sapu lidi.
Simbol sederhana ini dimaknai sebagai tekad kolektif untuk “menyapu kotoran negara, militerisme, dan represifitas aparat.” Dengan sapu lidi, mereka ingin menunjukkan bahwa kekuatan rakyat bisa bersatu seperti lidi-lidi yang tergabung dalam satu ikatan.
Dalam unggahan yang tersebar, tertulis pesan tegas: “Kita tidak boleh diam. Gelombang protes rakyat adalah jalan sah untuk menolak kekerasan negara, menghentikan pemborosan uang rakyat, dan menuntut keadilan.”
Seruan ini menegaskan peran perempuan sebagai garda depan dalam memperjuangkan demokrasi dan melawan ketidakadilan. Pengamat sosial menilai, aksi ini tidak hanya membawa isu politik, tetapi juga memperlihatkan simbol perlawanan kreatif yang dapat menggerakkan solidaritas masyarakat.
Dengan memadukan warna dan benda sehari-hari, pesan yang disampaikan lebih mudah diterima publik. Meski masih menimbulkan pro dan kontra, aksi perempuan ini menjadi bukti nyata bahwa ruang demokrasi tetap hidup di Indonesia. Tuntutan mereka akan menjadi catatan penting dalam perjalanan hubungan antara rakyat dan pemerintah