Latte Factors: Kebiasaan Sepele yang Diam Diam Bikin Kantong Bolong

Kebiasaan kecil bisa jadi penyebab dompet cepat kosong
Sumber :
  • pexel @Chevanon Photography

Viva, Banyumas - Banyak orang menganggap pengeluaran kecil tidak akan memengaruhi kondisi keuangan. Padahal, tanpa disadari, kebiasaan sederhana bisa menjadi penyebab kantong cepat terkuras. Fenomena ini dikenal dengan istilah latte factors, sebuah konsep populer dalam literasi finansial yang diperkenalkan pakar keuangan David Bach.

Kantong Kresek Hitam yang Dibawa Diplomat Arya Daru Sebelum Tewas, Apa Isinya?

Latte factors menggambarkan kebiasaan pengeluaran kecil yang dilakukan berulang setiap hari hingga menumpuk besar dalam jangka panjang.

Misalnya, membeli kopi seharga Rp30 ribu mungkin terasa ringan. Namun, jika dilakukan setiap hari, jumlahnya bisa mencapai Rp900 ribu per bulan dan lebih dari Rp10 juta dalam setahun. Angka ini tentu cukup besar jika dialokasikan untuk tabungan atau investasi. Kebocoran finansial akibat latte factors tidak hanya terjadi pada kopi.

Diam Diam Cilacap Lindungi RT dan Nelayan Lewat Program BPJS Baru!

Ada banyak kebiasaan lain yang sering diabaikan, seperti jajanan online, langganan digital, transportasi daring, hingga belanja impulsif.

Pesanan makanan ringan senilai Rp20 ribu sekali pesan terlihat kecil, tetapi jika dilakukan setiap hari dengan tambahan ongkos kirim, pengeluaran bulanan bisa membengkak. Begitu juga dengan layanan streaming.

Diam Diam Bupati Banyumas Usulkan Sistem Baru Demi Sukseskan Koperasi Desa Merah Putih

Berlangganan beberapa platform sekaligus bisa mencapai Rp500 ribu lebih per bulan. Jika tidak digunakan secara optimal, pengeluaran ini hanya akan menjadi beban tambahan. Hal serupa juga terjadi pada kebiasaan menggunakan transportasi online tanpa perencanaan. Naik kendaraan daring untuk jarak dekat memang praktis, tetapi jika dilakukan rutin, dampaknya terasa pada keuangan.

Belanja impulsif melalui e-commerce juga termasuk latte factors. Produk yang sebenarnya tidak dibutuhkan sering terbeli hanya karena tergiur promo atau flash sale. Meski nominal terlihat kecil, kebiasaan ini dapat mengacaukan anggaran bulanan.

Ditambah lagi, pengeluaran untuk gaya hidup sosial seperti nongkrong atau makan bersama teman yang terlalu sering bisa semakin memperparah kondisi dompet.

Mengelola latte factors bukan berarti harus berhenti menikmati hidup. Kuncinya adalah menyadari kebiasaan kecil yang berpotensi menjadi kebocoran finansial, lalu melakukan evaluasi rutin. Membatasi frekuensi, memanfaatkan promo, serta membuat daftar prioritas kebutuhan bisa membantu mengendalikan pengeluaran.

Dengan memahami konsep latte factors, setiap orang bisa lebih bijak dalam mengatur keuangan. Dana yang biasanya habis untuk hal-hal kecil dapat dialihkan ke tujuan lebih bermanfaat, seperti tabungan darurat, investasi, atau pendidikan.

Ingat, kebebasan finansial tidak hanya ditentukan oleh penghasilan besar, tetapi juga oleh kemampuan mengelola pengeluaran kecil sehari-hari