Lifeless Wasteland: Potret Gaza Utara di Tengah Eskalasi Serangan Israel 32 Tewas Ditengah Krisi Kelaparan

Ilustrasi Gaza utara berubah jadi lifeless wasteland
Sumber :
  • pexel @ Darcy Lawrey

Viva, Banyumas - Gaza utara kini digambarkan sebagai “lifeless wasteland” setelah eskalasi serangan udara dan darat oleh militer Israel. Menurut otoritas kesehatan Palestina, sedikitnya 32 warga tewas pada Kamis, termasuk 13 orang yang sedang mencari bantuan kemanusiaan. Empat korban lainnya meninggal akibat malnutrisi yang semakin parah di wilayah yang telah lama terkepung.

Rembang Usulkan Bendung Karet Rp 2 Miliar untuk Atasi Krisis Air Petani ke Pemerintah Pusat

Serangan terbesar terjadi di Gaza City, di mana delapan orang terbunuh akibat serangan udara Israel yang menghantam sebuah rumah tinggal. Dua warga lainnya tewas di Distrik Tuffah, menurut sumber medis setempat. Situasi ini terjadi setelah kabinet keamanan Israel menyetujui rencana militer untuk menduduki Gaza City, langkah yang diperkirakan akan memaksa ratusan ribu warga Palestina mengungsi ke zona konsentrasi di Gaza selatan.

Rencana tersebut memicu kecaman internasional, termasuk dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, serta penolakan dari sebagian pejabat militer Israel sendiri. Wartawan Al Jazeera melaporkan bahwa sebagian besar wilayah utara Gaza kini tak lagi layak huni.

Tak Ada Jens Raven, Timnas Indonesia Bisa Apa, Vanenburg Bongkar Krisis Penyerang Garuda Muda

Rumah-rumah hancur, jalanan dipenuhi puing, dan akses terhadap air bersih, makanan, serta layanan medis nyaris tidak ada. Bagi warga Gaza, ancaman pengusiran paksa ini memunculkan ketakutan baru.

Banyak dari mereka sudah mengalami pengungsian berulang sejak perang dimulai. Seorang warga, Walaa Sobh, mengaku telah kehilangan rumah di Beit Lahiya dan mengungsi ke Gaza City. Kini ia menolak pindah lagi.

Al Jazeera dan CNA Soroti Krisis Kerja Gen Z RI: Sarjana Menganggur, Job Fair Ricuh di 2025

“Kami tidak punya tujuan. Saya seorang janda, tidak ada penghasilan, tidak ada tempat tinggal,” ujarnya.

“Kalau mereka ingin memaksa kami pergi, setidaknya sediakan tempat, beri kami tenda untuk anak-anak, janda, dan orang sakit. Ini bukan hanya memindahkan satu atau dua orang—ini jutaan.”

Halaman Selanjutnya
img_title