Siapa Komunitas Druze yang Dibela Israel Hingga Nekad Serang Suriah? Ini Sejarah dan Profilnya
- pexel @pixabay
Viva, Banyumas - Serangan militer Israel ke Suriah pada Rabu, 16 Juli 2025, menggemparkan dunia setelah sejumlah gedung strategis di Damaskus dihancurkan, termasuk kantor Kementerian Pertahanan Suriah. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut serangan ini sebagai upaya melindungi "saudara-saudara Druze" dari ancaman rezim Suriah. Hal ini menimbulkan pertanyaan: siapa sebenarnya komunitas Druze yang dibela Israel?
Dikutip dari Viva, Druze merupakan kelompok agama dan etnis minoritas yang unik di kawasan Timur Tengah. Berawal dari Mesir pada abad ke-11, ajaran Druze berkembang di bawah kekuasaan Khalifah Fatimiyah al-Hakim bi-Amr Allah.
Nama "Druze" sendiri diambil dari nama Muhammad ad-Darazi, seorang pengkhotbah awal yang justru ajarannya ditolak oleh pengikut Druze sendiri. Agama Druze bersifat esoterik, menggabungkan unsur-unsur dari Islam, Gnostik, Neoplatonisme, Kristen, bahkan Hindu dan filsafat Yunani kuno.
Ajaran mereka bersifat tertutup: tidak menerima perpindahan masuk atau keluar dari keyakinan tersebut, dan melarang pernikahan campur dengan non-Druze. Saat ini, komunitas Druze berjumlah sekitar satu juta jiwa dan tersebar di Suriah, Lebanon, dan Israel.
Di Suriah, mereka terutama tinggal di wilayah Suweida, sementara di Israel mereka menetap di wilayah utara seperti Karmel dan Galilea, serta di Dataran Tinggi Golan — wilayah yang awalnya milik Suriah namun diduduki dan dianeksasi Israel sejak 1967. Menariknya, Druze merupakan satu-satunya kelompok Arab di Israel yang diwajibkan mengikuti dinas militer. Banyak anggota Druze yang menjadi bagian dari militer, kepolisian, dan dinas intelijen Israel.
Bahkan, beberapa di antaranya aktif di dunia politik, dengan perwakilan di parlemen Israel. Pasca perang saudara Suriah 2011, makin banyak Druze muda di Dataran Tinggi Golan yang mengajukan kewarganegaraan Israel.
Meski demikian, sebagian besar komunitas ini tetap mempertahankan identitas sebagai warga Suriah dan menolak pengakuan atas aneksasi Israel. Pembelaan Israel terhadap Druze dinilai bukan sekadar alasan kemanusiaan.