Bongkar! Ini 7 Dosa Keuangan KFC Hingga Harus Diselamatkan dengan Utang
- pexel @SHOX art
Viva, Banyumas - Bongkar kondisi sebenarnya, KFC Indonesia kini harus diselamatkan dengan utang jumbo senilai Rp 925 miliar dari Bank Mandiri. Suntikan dana yang disepakati pada 4 Juni 2025 itu membuka tabir kerentanan finansial perusahaan.
Meski citra luar KFC tampak kokoh, di dalamnya tersembunyi krisis panjang yang makin mengkhawatirkan. Melalui kredit besar tersebut, publik pun mulai menyoroti alasan utama di balik keterpurukan ini. Bongkar 7 dosa keuangan KFC yang selama ini luput dari perhatian, mulai dari utang yang menumpuk hingga strategi bisnis yang tak adaptif.
Deretan kesalahan pengelolaan ini membuat KFC harus terus mencari jalan keluar, salah satunya melalui utang perbankan. Fakta ini menunjukkan bahwa KFC bukan hanya menghadapi penurunan laba, tapi sedang terjebak dalam lingkaran masalah operasional dan finansial.
Bongkar tuntas 7 dosa keuangan KFC menjadi penting untuk memahami mengapa perusahaan sebesar itu akhirnya harus diselamatkan dengan utang dalam jumlah fantastis.
Mengutip dari laman Viva, Pertama, beban keuangan KFC membengkak drastis, mencapai 91,67% secara year-on-year di tahun 2024. Kerugian yang terus berulang sejak pandemi COVID-19 membuat posisi keuangan makin sulit dipulihkan.
Kedua, pendapatan anjlok sejak 2020, terutama karena pembatasan jam operasional, kehilangan traffic di lokasi strategis seperti mal dan bandara, serta biaya tetap yang terus berjalan meski omzet merosot.
Ketiga, biaya operasional terlalu tinggi, karena mayoritas dari lebih 700 gerai KFC adalah milik perusahaan langsung (company-owned), bukan franchise. Ini berarti seluruh biaya—dari listrik hingga SDM—ditanggung sendiri.
Keempat, kenaikan harga bahan baku seperti ayam dan minyak goreng turut mempersempit margin, sementara daya beli masyarakat belum pulih.
Kelima, strategi ekspansi yang tidak adaptif memperparah kondisi. KFC tetap membuka outlet baru meskipun pasar belum siap. Banyak gerai justru rugi, tapi dipertahankan demi citra brand.
Keenam, utang dan kewajiban finansial membengkak, dengan banyak pinjaman digunakan hanya untuk menutup cashflow, bukan pengembangan usaha.
Ketujuh, efek domino potensi kejatuhan KFC sangat besar, karena perusahaan ini memiliki pangsa pasar 32% di industri fast food Indonesia.
Jika ambruk, dampaknya bisa mencakup ribuan PHK dan gangguan di sektor F&B. Dengan semua ‘dosa keuangan’ ini, suntikan dana Rp 925 miliar dari Bank Mandiri menjadi semacam "penolong sementara".
Tapi jika strategi tak segera dibenahi, ancaman kebangkrutan masih mengintai. Kasus KFC ini menjadi pelajaran penting bagi pelaku industri F&B di era krisis dan perubahan gaya hidup konsumen