Tragedi Arumi: Balita Bima Diamputasi Setelah Dibawa ke Puskesmas
- Tiktok @azkaazwanaandika
Viva, Banyumas - Kasus memilukan menimpa seorang balita bernama Arumi asal Kabupaten Bima, yang kini menjadi sorotan luas. Arumi, yang masih berusia 16 bulan, terpaksa harus diamputasi tangan kanannya setelah mengalami dugaan keterlambatan penanganan medis di sebuah puskesmas di wilayah Bima.
Peristiwa tragis ini menimbulkan keprihatinan mendalam dari berbagai kalangan masyarakat. Menurut keterangan keluarga, balita Arumi awalnya hanya mengalami demam dan muntah.
Namun setelah dibawa ke Puskesmas Bolo, salah satu fasilitas kesehatan di Bima, kondisi Arumi memburuk hingga akhirnya harus diamputasi. Penanganan yang dianggap lambat tersebut memunculkan dugaan bahwa ada kelalaian dalam pelayanan kesehatan terhadap balita malang ini.
Tragedi yang menimpa balita Arumi di Bima ini memicu reaksi keras dari publik, terutama terkait prosedur layanan di puskesmas. Banyak yang mempertanyakan bagaimana hingga balita sekecil Arumi bisa sampai harus diamputasi karena dugaan keterlambatan medis.
Kini, keluarga berharap ada evaluasi menyeluruh terhadap pelayanan kesehatan agar tidak ada lagi korban serupa di kemudian hari. Awalnya, Arumi hanya mengalami gejala umum seperti demam tinggi dan muntah-muntah.
Kedua orang tuanya, Andika Putra dan Marliana, segera membawanya ke Puskesmas Bolo. Setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium, Arumi didiagnosis mengalami demam berdarah dengue (DBD).
Namun, dugaan malpraktik muncul karena kondisi Arumi semakin memburuk tanpa tindakan cepat.
Penanganan yang lambat ini ditengarai menjadi penyebab infeksi berat pada tangan Arumi.
Infeksi tersebut terus berkembang hingga membuat dokter di rumah sakit rujukan di Mataram mengambil keputusan berat: amputasi tangan kanan demi menyelamatkan nyawa sang balita.
Dilansir dari laman Instagram @pembasmi.kehaluan.reall, Andika mengatakan Waktu itu keluarganya tidak tahu harus bagaimana. Semuanya terjadi sangat cepat. Ia hanya ingin Arumi bisa sembuh.
Ia juga mengungkap bahwa akibat harus mendampingi pengobatan Arumi selama berbulan-bulan, ia terpaksa kehilangan pekerjaannya.
Kasus Arumi balita asal Bima diamputasi ini pun memicu sorotan terhadap sistem pelayanan kesehatan di daerah.
Banyak pihak mendesak agar instansi terkait, termasuk Dinas Kesehatan, melakukan evaluasi menyeluruh terhadap prosedur penanganan pasien di Puskesmas. Sementara itu, keluarga Arumi masih berjuang mencari keadilan dan berharap ada tanggung jawab dari pihak yang terlibat.
Marliana, sang ibu, mengatakan bahwa mereka tak ingin ada anak lain yang mengalami hal serupa di masa depan.
Tragedi Arumi menjadi cermin betapa pentingnya respons cepat dan tepat dalam layanan medis, khususnya untuk kasus balita yang rentan terhadap komplikasi penyakit seperti DBD.
Kini, keluarga Arumi terus berharap agar sang buah hati bisa tumbuh dengan sehat meski telah kehilangan salah satu anggota tubuhnya