7,28 Juta Pengangguran! Industri Tekstil Rontok Diserbu Impor, Ada Apa Dengan RI?
- pexel @pixabay
Viva, Banyumas - Ada apa dengan RI Tingkat pengangguran kembali melonjak pada awal 2025. Data dari BPS mencatat, sebanyak 7,28 juta orang tidak memiliki pekerjaan per Februari 2025, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.
Salah satu pemicu utamanya adalah rontoknya industri tekstil nasional, yang mengalami gelombang PHK massal akibat tak mampu bersaing dengan produk impor yang membanjiri pasar dalam negeri. Situasi ini menimbulkan keprihatinan besar karena sektor industri tekstil selama ini merupakan tulang punggung lapangan kerja nasional.
Namun, kini sektor itu mulai rontok karena derasnya serbuan impor dari luar negeri, terutama produk murah yang menekan pabrikan lokal. Akibatnya, angka pengangguran terus naik, dan muncul pertanyaan besar: Ada apa dengan RI jika sektor padat karya sebesar ini dibiarkan terpuruk? Kondisi pengangguran yang memburuk serta industri tekstil yang semakin rontok seharusnya menjadi alarm keras bagi pemerintah.
Serbuan impor yang tak terkendali telah membuat banyak pabrik gulung tikar dan jutaan pekerja kehilangan nafkah.
Di tengah kondisi ini, publik bertanya-tanya: Ada apa dengan RI? Mengapa belum ada solusi nyata untuk menyelamatkan sektor strategis ini dari kehancuran? Dikutip dari akun Instagram @nyiniyir_update_official, Sejak tahun 2019 hingga 2025, lebih dari 220.000 pekerja dari sektor tekstil dan garmen harus kehilangan pekerjaan.
Bahkan, data dari Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menyebutkan bahwa dalam enam tahun terakhir, sebanyak 118 pabrik telah tutup—60 di sektor hulu dan 58 dari industri menengah ke hilir.
PHK massal ini menunjukkan lemahnya daya saing industri dalam negeri, terutama dalam menghadapi derasnya produk impor murah yang membanjiri pasar nasional.
Tidak hanya berdampak pada tenaga kerja, keruntuhan industri tekstil Indonesia ini turut mempengaruhi peningkatan angka pengangguran dan memperburuk kondisi ekonomi nasional.
Meski sektor ini hanya menyumbang sekitar 3,8 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), industri tekstil merupakan sektor padat karya yang memiliki multiplier effect besar terhadap ekonomi rakyat.
Namun, respons pemerintah dianggap belum cukup sigap. Di tengah isu pengangguran yang terus naik, belum ada kebijakan strategis yang benar-benar menahan laju barang impor dan menyelamatkan industri tekstil dalam negeri.
Pemerintah pun dituding hanya fokus pada narasi penciptaan lapangan kerja, tanpa merespons krisis industri yang sebenarnya sedang terjadi.
Jika situasi ini tidak segera ditangani dengan kebijakan konkret, pengangguran Indonesia berpotensi makin melonjak.
Perlu sinergi antara pelaku industri, asosiasi, dan pemerintah untuk memperkuat kembali sektor tekstil nasional yang selama ini menjadi tulang punggung ketenagakerjaan di Indonesia