Konflik Jalan Tambang: 478 Pekerja Semen Gresik Rembang Dirumahkan

Ilustrasi Pabrik Semen terhenti Gegara jalan tambang Desa Tegaldowo
Sumber :
  • pexel @Lucho Castro Barrantes

Viva, Banyumas - Konflik jalan tambang di Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, menjadi pemicu utama terhentinya produksi PT Semen Gresik Rembang. Penutupan akses jalan oleh pemerintah desa membuat truk pengangkut bahan baku tidak bisa keluar masuk, sehingga produksi semen terganggu. Kondisi ini memicu persoalan besar bagi kelangsungan pabrik dan aktivitas operasionalnya.

Rembang Ajukan Rp10 Miliar Tambahan Anggaran, Apa Target Pemeliharaan Jalan Tahun Ini?

Akibat konflik jalan tambang ini, sebanyak 478 pekerja PT Semen Gresik Rembang harus dirumahkan sementara. Mereka sebagian besar berstatus tenaga outsourcing dan merasakan dampak langsung dari penghentian produksi. Para pekerja menunggu solusi agar bisa kembali bekerja dan menghidupi keluarganya dalam situasi yang tidak pasti ini.

Dikutip dari tvonenews, Pihak pemerintah daerah dan desa terus berupaya mencari jalan keluar atas konflik jalan tambang tersebut. Namun, hingga kini persoalan belum selesai, sehingga 478 pekerja Semen Gresik Rembang masih dirumahkan.

Gaji dan Peluang Besar! Ini 2 Perusahaan di Kendal yang Lagi Butuh Ribuan Pekerja

Penyelesaian konflik ini sangat penting demi kelangsungan produksi dan kesejahteraan pekerja yang bergantung pada pabrik tersebut.

Penutupan jalan ini bukan tanpa alasan. Kepala Desa Tegaldowo, Kundari, menegaskan bahwa jalan yang ditutup merupakan aset desa yang telah dibuktikan secara hukum melalui dua putusan pengadilan, yakni Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Semarang dan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTTUN) Surabaya.

BSU Juni 2025 Cair Mulai 5 Juni! Cek Daftar Pekerja yang Langsung Dapat Uang Tanpa Ribet

Saat ini proses hukum masih berlanjut hingga tingkat kasasi di Mahkamah Agung. Meski jalan utama ditutup, desa masih menyediakan akses selebar tiga meter yang bisa dilalui truk kecil, namun pihak pabrik tidak menggunakan jalur tersebut.

Dampak dari penghentian produksi ini sangat terasa bagi tenaga kerja, terutama yang berstatus outsourcing.

Hingga kini, tercatat sebanyak 478 pekerja harus dirumahkan sementara. Jumlah ini berpotensi bertambah jika sampai Juli 2025 belum ada penyelesaian atas konflik akses jalan tersebut.

Kondisi ini tentu memicu kekhawatiran bagi pekerja dan keluarga mereka yang menggantungkan penghasilan dari pabrik tersebut.

Bupati Rembang, Harno, mengaku telah melakukan langkah-langkah penanganan dengan mengundang berbagai pihak terkait, termasuk Kepala Desa Tegaldowo dan manajemen PT Semen Gresik.

Meski sudah ada berbagai opsi yang ditawarkan, hingga kini belum ada kesepakatan final karena kunci penyelesaian masalah ini ada di tangan pihak desa.

Bupati berharap proses musyawarah dapat segera menemukan jalan tengah agar produksi pabrik semen dapat berjalan kembali dan pekerja yang dirumahkan bisa kembali bekerja.

Kisah ini menggambarkan betapa pentingnya sinergi antara perusahaan, pemerintah desa, dan pemangku kepentingan lain untuk memastikan kelangsungan produksi sekaligus menjaga hak dan kepentingan masyarakat sekitar