Sepi Pembeli! Pedagang Keluhkan Kondisi Pasar Segamas Purbalingga di TikTok
- Tiktok @putrarolas515
Pasar Segamas Purbalingga viral di TikTok karena sepi pembeli. Pedagang mengeluh omzet turun, bahkan beberapa ruko tutup. Disrupsi teknologi disebut jadi penyebab utama
Viva, Banyumas - Pasar Segamas Purbalingga yang dulu dikenal sebagai salah satu pusat ekonomi daerah kini tengah menjadi sorotan publik. Melalui sebuah unggahan akun TikTok @putrarolas515, terlihat kondisi pasar yang semakin sepi dari pembeli.
Bahkan, beberapa ruko di kawasan tersebut memilih tutup karena menurunnya aktivitas jual beli. Fenomena ini menjadi bukti nyata bahwa disrupsi teknologi telah mengubah pola transaksi masyarakat.
Jika dulu pasar tradisional menjadi tujuan utama untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari, kini konsumen lebih banyak beralih ke platform belanja online yang menawarkan kemudahan, harga kompetitif, hingga layanan antar ke rumah.
Unggahan tersebut langsung menuai banyak komentar dari netizen yang juga merasakan dampak serupa.
Seorang pengguna TikTok dengan akun Tiktok menulis, “Aku dodol sayuran neng pasar Segamas be omsete menurun.” Komentar lain datang mengatakan, “Perekonomian lagi sepi, ramainya di online ya mas.”
Banyak pedagang mengaku omzet mereka menurun drastis sejak awal 2024. Padahal, Pasar Segamas sebelumnya sempat menjadi salah satu pasar modern kebanggaan Purbalingga karena lokasinya strategis serta menampung banyak pedagang.
Kini, situasi justru berbanding terbalik. Para pakar ekonomi daerah menilai, kondisi ini tidak hanya disebabkan oleh tren digitalisasi, melainkan juga perubahan perilaku konsumen setelah pandemi.
Masyarakat semakin terbiasa berbelanja secara online sehingga kunjungan ke pasar fisik berkurang. Meski begitu, beberapa pihak menilai pasar tradisional masih memiliki peluang untuk bangkit. Kuncinya adalah beradaptasi dengan perkembangan teknologi.
Pedagang diharapkan mulai memanfaatkan media sosial, e-commerce lokal, hingga layanan pesan antar untuk memperluas jangkauan pembeli.
Pemerintah daerah juga diminta turun tangan memberikan pelatihan digital marketing bagi para pedagang. Dengan begitu, pasar tradisional seperti Segamas tidak hanya bertahan, tetapi juga mampu bersaing dengan pasar online.
Kasus Pasar Segamas menjadi refleksi penting bagi daerah lain di Indonesia. Jika tidak ada strategi adaptasi, pasar tradisional bisa semakin terpinggirkan.
Harapannya, dengan sinergi antara pemerintah, pedagang, dan teknologi, pasar lokal tetap bisa hidup dan menjadi penopang ekonomi masyarakat