Terungkap di Rekonstruksi! Alvi Maulana Mutilasi Kekasihnya Selama 2 Jam Tanpa Jeda di Mojokerto
- Polres Mojokerto
Alvi Maulana mengaku memutilasi kekasihnya, Tiara, selama 2 jam tanpa jeda. Kasus Surabaya ini membuka fakta mengejutkan soal emosi tak terkendali yang berujung tragedi
Viva, Banyumas - Kasus pembunuhan disertai mutilasi yang dilakukan Alvi Maulana (24) terhadap kekasihnya, Tiara Angelina Saraswati (25), masih menyisakan duka sekaligus tanda tanya besar bagi publik. Fakta terbaru yang terungkap dalam rekonstruksi polisi membuat kasus ini semakin menggemparkan.
Dalam proses rekonstruksi yang digelar Rabu, 17 September 2025, Alvi memperagakan 24 adegan yang terjadi di kamar kos korban di Jalan Lidah Wetan, Lakarsantri, Mojokerto,Surabaya. Mengenakan kaus oranye bertuliskan “Tahanan Polres Mojokerto”, Alvi hanya tertunduk dengan tangan terborgol ketika menjalani proses tersebut.
Yang paling mengejutkan, Alvi mengaku membutuhkan waktu 2 jam penuh untuk memutilasi Tiara tanpa henti. Ketika ditanya aparat kepolisian apakah ia sempat beristirahat, makan, atau minum, Alvi dengan tenang menjawab: “Iya, 2 jam tanpa jeda.”
Motif Emosi yang Memuncak
Kepada polisi, Alvi menjelaskan tindakannya dipicu oleh akumulasi emosi. Ia merasa hubungan dengan Tiara kerap diwarnai pertengkaran kecil yang berujung pada sikap temperamen. Puncak kemarahan terjadi ketika dirinya dikunci dari dalam kamar kos oleh korban.
“Banyak masalah kemudian anaknya sering temperamen atas hal kecil. Puncaknya waktu itu saya dikunci dari dalam,” ujar Alvi saat diperiksa.
Emosi yang tak terkendali itulah yang kemudian mendorongnya melakukan aksi kejam yang berakhir tragis.
Pembuangan Potongan Tubuh
Setelah menghabisi nyawa Tiara, Alvi tidak berhenti di situ. Ia membawa ratusan potongan tubuh korban dan membuangnya ke wilayah Pacet, Mojokerto. Potongan tubuh tersebut akhirnya ditemukan oleh warga yang sedang mencari rumput, sehingga kasus ini cepat terungkap ke publik. Saat ini, Alvi tengah menghadapi jeratan hukum berat.
Polisi menegaskan bahwa perbuatannya masuk dalam kategori pembunuhan berencana dengan ancaman hukuman maksimal. Rekonstruksi dilakukan untuk memperkuat bukti dan memastikan tidak ada detail yang terlewat dalam penyelidikan.
Kasus ini menjadi pengingat penting tentang bahaya emosi yang tidak terkendali. Hubungan yang dilandasi kekerasan verbal maupun fisik sering kali berakhir tragis.
Kepolisian juga mengimbau masyarakat agar berani melapor jika mengalami kekerasan dalam hubungan, sebelum situasi berkembang menjadi tindak kriminal serius. Tragedi di Surabaya ini menorehkan luka mendalam.
Fakta bahwa seorang pria sanggup menghabiskan waktu 2 jam penuh untuk memutilasi kekasihnya tanpa istirahat menunjukkan betapa pentingnya pengendalian diri dan peran lingkungan sekitar untuk mencegah kekerasan serupa