Chromebook Proyek Nadiem Makarim di Boyolali Masih Dipakai, Meski Spesifikasi Dinilai Rendah
- pexel @Craig Dennis
Bantuan Chromebook di Boyolali masih dimanfaatkan untuk ANBK dan guru. Namun, pihak sekolah menilai spesifikasinya terlalu rendah jika digunakan dalam pembelajaran harian
Viva, Banyumas - Kasus dugaan korupsi pengadaan Chromebook yang menyeret mantan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek), Nadiem Makarim, membuat perhatian publik kembali tertuju pada kualitas dan pemanfaatan laptop berbasis sistem operasi Google tersebut.
Bantuan Chromebook yang menjadi sorotan ternyata juga diterima oleh sejumlah sekolah di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kepala SMPN 3 Cepogo Satu Atap sekaligus Plt Kepala SMPN 5 Boyolali, Sriyanta, mengungkapkan bahwa masing-masing sekolah yang dipimpinnya mendapatkan 9 unit Chromebook.
Menurutnya, kondisi perangkat tersebut hingga kini masih cukup baik. Laptop-laptop tersebut rutin digunakan untuk Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) serta dipakai guru dalam aktivitas mengajar.
Dilansir dari laman Instagram @boyolalikita, Sriyanta mengatakan Chromebook kondisinya masih bagus, dipakai untuk ANBK dan juga digunakan guru. Masih bisa berfungsi dengan baik. Namun, ia menilai bahwa spesifikasi Chromebook yang diterima tergolong rendah untuk menunjang pembelajaran sehari-hari.
Meskipun cukup untuk kebutuhan ujian berbasis komputer, performa perangkat dianggap kurang optimal ketika digunakan untuk aktivitas belajar yang lebih kompleks. Kalau untuk ANBK sudah cukup.
Tapi untuk pembelajaran, terutama yang membutuhkan aplikasi lebih berat, jelas terasa kurang. Kasus dugaan korupsi yang menyeret pengadaan Chromebook membuat banyak pihak mempertanyakan efektivitas program bantuan tersebut.
Publik menyoroti apakah anggaran besar yang digelontorkan benar-benar memberi manfaat maksimal bagi siswa dan sekolah penerima. Di Boyolali sendiri, pihak sekolah tetap berupaya memaksimalkan penggunaan perangkat yang ada.
Guru dan siswa masih memanfaatkan Chromebook untuk kebutuhan dasar, meskipun terbatas pada aplikasi ringan dan akses internet sederhana. Para pendidik berharap ke depan pemerintah lebih memperhatikan aspek kualitas perangkat teknologi pendidikan yang disalurkan.
Laptop dengan spesifikasi yang lebih tinggi tentu akan lebih membantu proses belajar-mengajar, apalagi di era digital yang menuntut integrasi teknologi dalam kelas. Kasus ini sekaligus menjadi pengingat pentingnya pengawasan dalam setiap program pengadaan pemerintah.
Transparansi, kualitas barang, serta relevansi kebutuhan sekolah seharusnya menjadi prioritas agar dana pendidikan benar-benar tepat sasaran.
Meskipun terdapat kekurangan, Chromebook bantuan pemerintah tetap memiliki manfaat signifikan bagi sekolah di Boyolali. Setidaknya, perangkat ini memungkinkan pelaksanaan ANBK berjalan lancar, sekaligus mendukung guru dalam aktivitas pengajaran berbasis digital