Inovasi Mahasiswa Udinus Toyaku Ubah Udara Jadi Air Bersih, Gubernur Jateng Ahmad Luthfi: Luar Biasa
- Pemprov Jateng
Mahasiswa Udinus ciptakan Toyaku, alat inovatif pengubah udara jadi air bersih. Gubernur Jateng Ahmad Luthfi menilai teknologi ini penting untuk atasi krisis air
Viva, Banyumas - Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi memberikan apresiasi tinggi terhadap inovasi mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang, yang berhasil menciptakan teknologi Smart Atmospheric Water Generator atau dikenal dengan nama Toyaku.
Alat ini mampu mengubah butiran air di udara menjadi air bersih siap minum, sebuah terobosan yang dinilai sangat bermanfaat terutama untuk daerah-daerah yang sering dilanda kekeringan. Pujian itu disampaikan Luthfi saat hadir sebagai pembicara pada kegiatan Dinus Inside 2025, pembekalan mahasiswa baru Udinus, Senin (8/9/2025).
Dalam kesempatan tersebut, ia menegaskan bahwa kreativitas mahasiswa sangat penting dalam membantu pemerintah mewujudkan pelayanan publik yang cepat, mudah, dan tepat sasaran.
“Toyaku ini luar biasa untuk daerah kekeringan. Banyak teknologi kreatif dari universitas yang bisa kami kerja samakan dengan pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota,” ujar Luthfi dikutip dari Pemprov Jateng.
Inovasi Toyaku sejalan dengan kebutuhan nyata di masyarakat. Selama ini, beberapa wilayah di Jawa Tengah masih menghadapi kesulitan akses air bersih. Kehadiran teknologi seperti ini bisa menjadi solusi alternatif yang efektif, sekaligus bukti nyata kontribusi perguruan tinggi dalam pembangunan daerah.
Selain Toyaku, Pemprov Jateng sebelumnya juga telah memanfaatkan hasil riset kampus lain, yakni teknologi desalinasi dari Universitas Diponegoro (Undip). Teknologi tersebut mampu mengubah air payau menjadi air tawar yang layak konsumsi.
Menurut Luthfi, kolaborasi pemerintah dengan universitas merupakan bentuk sinergi untuk mengatasi persoalan krusial masyarakat.
Rektor Udinus, Pulung Nurtantio Andono, menjelaskan bahwa pihaknya memang mendorong mahasiswa untuk menghasilkan inovasi yang aplikatif.
Harapannya, inovasi tersebut tidak hanya berhenti di laboratorium atau ruang kelas, melainkan dapat diproduksi massal dan digunakan oleh masyarakat luas.
“Toyaku bisa membantu daerah yang tertinggal dan kekurangan air bersih. Harapan kami, teknologi ini bisa disebarkan dan dimanfaatkan secara nyata,” ungkap Pulung.
Luthfi juga menyinggung pentingnya keterlibatan mahasiswa dalam program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik, yang diarahkan sesuai kebutuhan masing-masing daerah.
Ia menekankan bahwa mahasiswa tidak hanya dituntut belajar di kelas, tetapi juga harus terjun langsung memberikan kontribusi kepada masyarakat.
Dengan jumlah mahasiswa baru Udinus yang mencapai 3.154 orang—dan sekitar 80% di antaranya berasal dari Jawa Tengah—Luthfi optimistis peran generasi muda akan semakin kuat dalam mendukung pengembangan wilayah.
Inovasi seperti Toyaku membuktikan bahwa perguruan tinggi mampu melahirkan solusi konkret bagi persoalan lingkungan dan sosial.
Ke depan, pemerintah berharap kolaborasi dengan dunia kampus semakin erat, sehingga berbagai tantangan di Jawa Tengah dapat diatasi dengan pendekatan teknologi dan kreativitas