Geger! 100 Ribu Ton Beras Impor Bulog Diduga Menumpuk Digudang Terancam Jadi Limbah Rp 1,2 Triliun
- instagram @perum.bulog
Para pakar menilai, potensi kerugian hingga Rp 1,2 triliun bukan hanya soal nilai ekonomis, tetapi juga menyangkut efisiensi kebijakan pangan. Apabila beras dalam jumlah besar tidak bisa dimanfaatkan, masyarakat tetap menanggung beban melalui alokasi anggaran negara. Di sisi lain, Bulog selama ini memiliki tugas strategis menjaga ketahanan pangan nasional.
Namun, tantangan besar muncul ketika beras impor tidak segera disalurkan, baik untuk program bantuan sosial maupun operasi pasar. Hal ini bisa berdampak pada kualitas beras yang terus menurun seiring waktu.
Selain itu, isu beras impor kadaluarsa juga menimbulkan kekhawatiran publik terkait transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan pangan.
Masyarakat tentu berharap, setiap kebijakan impor didasarkan pada perhitungan kebutuhan yang matang, bukan sekadar keputusan jangka pendek. Pengamat pangan menilai, ke depan pemerintah perlu lebih selektif dalam mengambil langkah impor.
Evaluasi menyeluruh atas kebijakan pangan sangat penting, agar kasus penumpukan beras berusia hampir dua tahun ini tidak terulang. Jika tidak, kerugian negara bisa semakin membengkak, sementara kepercayaan publik terhadap pengelolaan pangan kian tergerus.