Benarkah Mobil Listrik Lebih Kotor dari Hybrid? Ini Kata Bos Toyota Akio Toyoda

Ilustrasi Akio Toyoda Angkat Bicara Mobil Listrik vs Hybrid
Sumber :
  • pexel @kindelmedia

Viva, Banyumas - Pernyataan Bos Toyota, Akio Toyoda, kembali menyulut perdebatan soal arah kebijakan transisi energi di industri otomotif. Ia menilai bahwa mobil listrik tidak otomatis menjadi solusi ramah lingkungan jika pasokan dayanya masih berasal dari sumber energi kotor seperti batu bara. Justru dalam kondisi seperti itu, mobil listrik bisa lebih kotor dibandingkan jenis kendaraan lain.

Diskon Gila Mobil Listrik! MG 4 EV Ignite Rp299 Juta: Stok Terbatas, Cuma di Satu Dealer Ini!

Dalam pandangan Toyoda, sekadar mengganti mobil berbahan bakar fosil dengan kendaraan listrik tanpa memperbaiki sumber energi justru memperbesar emisi karbon. Di tengah gempuran tren elektrifikasi, mobil hybrid dianggap oleh Bos Toyota sebagai jalan tengah yang lebih realistis.

Ia menekankan bahwa dibandingkan dengan mobil listrik, teknologi mobil hybrid bisa memberikan pengurangan emisi yang lebih konsisten karena memadukan mesin bensin dan tenaga listrik.

Jangan Beli Dulu! Intip Harga Terbaru AION yang Melambung Tinggi Juni 2025. Ada yang Tetap Murah?

Bahkan, Toyoda menyebut kendaraan listrik bisa lebih kotor dari hybrid jika tidak didukung infrastruktur dan sistem energi bersih yang memadai.

Lebih lanjut, Bos Toyota menyampaikan bahwa Toyota telah menjual puluhan juta mobil hybrid sejak tahun 1997, yang jika dikalkulasikan secara emisi karbon, lebih unggul daripada jutaan unit mobil listrik.

Ini Dia Rahasia di Balik Produksi Mobil Listrik GAC AION Purwakarta: Siap Gemparkan Pasar Otomotif Indonesia!

Ia menekankan pentingnya pendekatan multi-pathway, yakni strategi penggunaan berbagai jenis kendaraan rendah emisi untuk menghadapi tantangan netralitas karbon secara bertahap. Jika tidak hati-hati, dorongan terhadap mobil listrik bisa menjadi bumerang dan justru membuat dunia lebih kotor, bukan bersih.

Dilansir dari laman Viva, Menurut Akio Toyoda, jika Jepang memproduksi sembilan juta mobil listrik, justru akan menyebabkan peningkatan emisi karbon.

Hal ini karena sumber listrik utama di negaranya masih berasal dari batu bara dan pembangkit panas lainnya yang tidak ramah lingkungan. Sebaliknya, mobil hybrid dinilai lebih efisien dan realistis sebagai jembatan menuju kendaraan ramah lingkungan.

Dengan lebih dari 27 juta unit mobil hybrid terjual sejak 1997, Toyota mengklaim telah menghindarkan emisi sebesar setara dengan sembilan juta kendaraan listrik.

Toyoda juga menyampaikan kekhawatirannya tentang dampak sosial dari peralihan drastis ke mobil listrik. Karena BEV memiliki komponen lebih sedikit, hal ini dapat mematikan industri komponen lokal dan mengurangi tenaga kerja.

Untuk itu, Toyota memilih strategi multi-pathway—mengembangkan berbagai jenis kendaraan ramah lingkungan mulai dari HEV, PHEV, BEV, hingga FCEV. Strategi ini diklaim lebih adaptif terhadap kondisi industri dan energi di setiap negara, termasuk Indonesia, yang masih bergantung pada batu bara.

Dengan pendekatan ini, Akio Toyoda ingin menunjukkan bahwa mobil hybrid adalah solusi menengah yang cerdas dan tidak bisa dianggap ketinggalan zaman.

Justru dengan tidak terburu-buru mengikuti tren mobil listrik penuh, Toyota tetap mampu mempertahankan dominasinya sebagai merek terlaris secara global dan nasional. Pertanyaan pun muncul: benarkah mobil listrik bisa jadi solusi, atau justru lebih kotor dari yang kita kira?