Luhut Pandjaitan Sindir Pengamat Tanpa Data, Minta Kritik Bangun Negeri Bukan Memecah Belah
- instagram @luhut.pandjaitan
Luhut Binsar Pandjaitan menyoroti pengamat tanpa data dan meminta kritik disampaikan dengan santun serta membangun, demi menjaga stabilitas politik dan demokrasi Indonesia
Viva, Banyumas - Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan kembali menyampaikan pesan penting pada momen Lebaran 2025 yang kembali viral. Dalam keterangannya, ia menekankan bahwa budaya santun harus tetap menjadi bagian dari tradisi bangsa, terutama ketika masyarakat menyampaikan kritik terhadap pemerintah.
Menurut Luhut, kritik adalah hal wajar dalam demokrasi. Namun, ia menyayangkan adanya sejumlah pengamat yang kerap melontarkan pernyataan tanpa data akurat. Sikap tersebut, katanya, justru dapat memperkeruh suasana politik dan menimbulkan kebingungan di tengah masyarakat.
Ia menegaskan bahwa kritik seharusnya menjadi alat untuk membangun negeri, bukan sebaliknya. Dengan memberikan masukan berbasis fakta dan analisis yang jelas, pemerintah akan lebih mudah mengambil kebijakan yang tepat.
Sementara kritik tanpa landasan hanya berpotensi melemahkan kepercayaan publik terhadap jalannya pemerintahan. Dikutip dari akun Instagram @nowdots, Luhut juga menyoroti pentingnya menjaga stabilitas nasional pada masa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Ia mengajak seluruh elemen bangsa untuk bergandengan tangan, saling menghormati, serta menciptakan suasana politik yang kondusif. Menurutnya, tanpa stabilitas, program pembangunan akan sulit diwujudkan.
Dalam refleksinya, Luhut turut mengingatkan pengalamannya mendampingi Presiden Joko Widodo selama satu dekade. Ia menyampaikan bahwa selama periode tersebut tidak pernah terjadi pelanggaran konstitusi.
Hal ini ia ungkapkan sebagai bentuk penegasan bahwa pemerintahan sebelumnya berjalan sesuai aturan hukum dan demokrasi. Pesan ini memiliki makna mendalam, mengingat tantangan politik ke depan semakin kompleks.
Masyarakat, media, hingga akademisi memiliki peran penting dalam menciptakan iklim demokrasi yang sehat. Tanpa adanya etika dan kesadaran kolektif, demokrasi bisa saja terjebak dalam polarisasi yang berkepanjangan.
Sebagai tokoh senior, Luhut menegaskan bahwa kritik harus diarahkan untuk memberi solusi. Ia mendorong agar setiap pihak yang menyampaikan pandangan kritis melakukannya dengan kajian yang matang, didukung data, serta disampaikan dengan sopan.
Dengan begitu, kritik tidak hanya menjadi suara perlawanan, tetapi juga menjadi pilar penguatan demokrasi. Dengan pesannya tersebut, Luhut berharap Lebaran 2025 bisa menjadi momentum persatuan. Ia mengajak masyarakat untuk lebih fokus membangun bangsa daripada memperuncing perbedaan.
Menurutnya, Indonesia hanya akan maju jika seluruh pihak mampu bekerja sama menjaga stabilitas dan mengedepankan kepentingan bersama