IHSG Anjlok 275 Poin di Awal September, Tanda Awal Krisis Pasar Modal Indonesia
- instagram @Artem Podrez
Spekulasi kenaikan suku bunga lanjutan dari bank sentral Jepang membuat pasar semakin sensitif terhadap potensi arus modal keluar dari negara berkembang, termasuk Indonesia.
Selain itu, tingkat pengangguran Jepang yang turun menjadi 2,3 persen juga menjadi perhatian pelaku pasar. Kondisi tenaga kerja yang semakin ketat bisa menjadi alasan tambahan bagi Bank of Japan untuk memperketat kebijakan moneter, yang pada akhirnya memengaruhi likuiditas global.
Bagi investor lokal, IHSG yang turun tajam di awal bulan ini tentu memunculkan pertanyaan besar: apakah ini tanda awal krisis pasar modal atau sekadar koreksi sementara? Menurut Fanny, support IHSG saat ini berada di level 7.600–7.700, dengan resistance di kisaran 7.880–7.950.
Jika tekanan masih berlanjut, IHSG berpotensi menembus level support tersebut, yang akan menjadi sinyal bearish lebih dalam. Namun, bagi investor jangka panjang, pelemahan ini justru bisa menjadi peluang untuk akumulasi saham-saham berfundamental kuat dengan valuasi lebih murah.
Strategi defensif dengan memilih sektor konsumsi primer, perbankan besar, dan energi masih dianggap cukup aman menghadapi ketidakpastian pasar.
Secara keseluruhan, anjloknya IHSG di awal September menunjukkan perlunya kewaspadaan tinggi dari para pelaku pasar. Sentimen global dan kebijakan moneter internasional harus terus dicermati, sementara faktor domestik seperti stabilitas politik dan inflasi tetap menjadi variabel penting.