Inilah Ramalan Mengerikan Jayabhaya yang Masih Relevan di Zaman Modern

Ilustrasi Ramalan Jayabhaya yang tetap relevan hingga kini
Sumber :
  • pexel @clivekim

Viva, Banyumas - Ramalan Jayabhaya yang diwariskan Maharaja Kediri abad ke-12 menjadi salah satu naskah kuno paling fenomenal di Nusantara. Meski telah berusia ratusan tahun, isinya yang memprediksi kemerosotan moral, sosial, dan ekonomi sebelum datangnya zaman keemasan, membuatnya tetap dibicarakan hingga kini.

Misteri Sabdo Palon: Ramalan 500 Tahun yang Mulai Terbukti dan Janji yang Ditagih di Zaman Edan

Dalam prasasti dan naskah yang memuat ramalan ini, Jayabhaya menggambarkan kondisi bangsa yang penuh ketidakadilan, kemunafikan, dan hilangnya nilai kemanusiaan. Beberapa prediksi bahkan dirasa mulai terbukti di era modern dilansir dari berbagai akun Youtube.

Kemerosotan Moral dan Sosial

7 Ramalan Mengerikan Athos Salome untuk 2025, Bikin Merinding dari Alien Muncul Hinggal AI Gila

Jayabhaya meramalkan bahwa “wong kang laku olo munggah pangkat” atau orang jahat akan mendapat jabatan penting, sementara “wong kang jujur malah ajur” atau orang jujur justru tersisih.

Ramalan ini mencerminkan kondisi di mana integritas tak selalu menjadi jalan menuju kesuksesan. Ia juga memprediksi hilangnya rasa perikemanusiaan (“pri kamanungsang soyo ilang”), maraknya pengkhianatan, serta pergeseran nilai di mana rumah suci dibenci, sementara tempat maksiat diagungkan.

Ramalan Baba Vanga 2025: Dari Telepati Manusia hingga Perang Dahsyat

Fenomena ini sayangnya sering terlihat di tengah perkembangan zaman yang serba instan dan materialistis.

Krisis Keluarga dan Pergaulan

Beberapa ramalan Jayabhaya menyoroti keretakan hubungan keluarga. Misalnya, “anak mangan bapak” yang menggambarkan anak durhaka, atau “sedulur mangan sedulur” yang berarti saudara tak lagi rukun.

Ia juga menyinggung maraknya hubungan tanpa ikatan pernikahan, yang digambarkan dengan “akeh jabang bayi goleki bapake” atau bayi mencari ayahnya. Fenomena ini terasa relevan ketika perceraian, konflik keluarga, dan masalah sosial semakin meningkat.

Perubahan pola hidup dan pergaulan bebas menjadi faktor yang mempercepat terjadinya krisis moral ini.

Ekonomi dan Ketidakadilan

Ramalan lain menyebutkan “pedagang akeh sing kapelarang” atau banyak pedagang gulung tikar, hingga “wong nggolek pangan koyo gabah diinteri” yang berarti mencari rezeki semakin sulit. Kondisi ini menggambarkan persaingan ekonomi yang ketat, krisis lapangan kerja, dan ketimpangan sosial yang semakin nyata.

Jayabhaya juga menyinggung fenomena ekonomi tidak sehat, di mana barang haram beredar luas, penipuan merajalela, serta moral dagang yang menurun. Semua ini menjadi peringatan agar masyarakat tetap berpegang pada etika dalam bermuamalah.

Harapan Zaman Keemasan

Meski ramalannya terdengar mengerikan, Jayabhaya juga meyakini bahwa setelah masa kelam ini, akan datang zaman keemasan Nusantara di bawah kepemimpinan Ratu Adil atau Satria Piningit.

Ramalan ini menjadi secercah harapan bahwa perbaikan moral dan kejayaan bangsa akan terwujud pada waktunya. Ramalan Jayabhaya bukan sekadar cerita kuno, melainkan refleksi yang patut direnungkan.

Ia mengajarkan bahwa kemerosotan moral adalah tanda awal kehancuran bangsa, namun juga memberi optimisme bahwa kebangkitan selalu menanti setelah kegelapan