Jika Dunia Tak Lagi Percaya Dolar: Ini Skenario Kiamat Ekonomi AS
- pexel @pixabay
Viva, Banyumas - Selama hampir satu abad, Amerika Serikat menjadi pilar stabilitas ekonomi dunia. Dolar AS menjadi mata uang cadangan global yang dipercaya, bahkan saat dunia dihantam perang, resesi, hingga pandemi. Namun kini, fondasi itu mulai retak. Total utang nasional Amerika telah melewati angka 36 triliun dolar AS—setara lebih dari Rp 580.000 triliun.
Jika dirata-ratakan, setiap warga Amerika kini “menanggung” utang lebih dari 106.000 dolar atau sekitar Rp 1,7 miliar. Beban ini menjadi sorotan tajam karena dapat memicu krisis kepercayaan terhadap dolar AS di tingkat global.
Dilansir dari Viva, Dolar Amerika selama ini didukung oleh sistem yang dibangun dari kepercayaan. Negara-negara besar, termasuk China, Jepang, Inggris, dan Jerman, menyimpan cadangan dolar dan membeli obligasi pemerintah AS. Namun sejak krisis 2008, kebiasaan Amerika berutang makin tak terkendali. Pemerintah AS menggelontorkan stimulus besar-besaran lewat berbagai undang-undang, yang mempercepat lonjakan utang.
Akibatnya, bunga tahunan dari utang nasional kini mencapai 1,2 triliun dolar. Itu setara dengan anggaran militer tahunan dan anggaran pendidikan digabungkan. China, yang dulunya pemegang surat utang terbesar, mulai melepas cadangan dolar secara masif.
Sejak 2021, lebih dari 340 miliar dolar surat utang telah dijual. Jepang dan negara-negara Eropa mengikuti langkah serupa, memperkecil ketergantungan pada dolar. Jika tren ini berlanjut dan dunia benar-benar berhenti meminjamkan uang kepada Amerika, maka skenario "kiamat ekonomi" bisa terjadi. Pemerintah AS harus mencari pembeli obligasi dari dalam negeri.
Untuk menarik investor lokal, suku bunga harus dinaikkan tajam—bisa sampai 8–10 persen. Suku bunga tinggi berarti kredit rumah, mobil, hingga pinjaman usaha menjadi sangat mahal. Ekonomi domestik akan terpukul keras.
Pasar saham Amerika bisa kolaps. Nilai dolar merosot, menyebabkan harga impor seperti minyak, gas, dan pangan melonjak drastis.