Ketegangan Memuncak: 5 Alasan di Balik Konflik Thailand–Kamboja yang Kembali Membara
- Pixabay
5. Sentimen Publik dan Propaganda Media
Media di kedua negara sering memainkan peran besar dalam membentuk persepsi publik. Pemberitaan sepihak dan kadang provokatif memperkeruh suasana. Misalnya, kerusuhan di Phnom Penh tahun 2003 dipicu oleh rumor bahwa artis Thailand mengklaim Angkor Wat sebagai milik Thailand—berita yang kemudian terbukti salah.
Isu-isu seperti ini dapat dengan cepat menyulut kemarahan nasional, terutama di era media sosial. Ketika ketegangan militer muncul, opini publik bisa menjadi bahan bakar yang memperbesar konflik, bukannya meredamnya.
Konflik antara Thailand dan Kamboja bukanlah hal baru, namun eskalasi terbaru pada Juli 2025 menunjukkan bahwa luka sejarah dan batas wilayah yang belum tuntas bisa kembali terbuka kapan saja. Dengan lima alasan utama di atas—dari sengketa situs bersejarah hingga kepentingan politik domestik—kawasan ini tampaknya membutuhkan pendekatan baru yang lebih jujur, adil, dan visioner agar perdamaian dapat benar-benar berakar.