Damai Lewat Mie: Toko Cina yang Dilindungi Taliban di Tanah Afghanistan
- instagram @faatzayadi.nnz
Viva, Banyumas - Di tengah ketegangan politik dan konflik berkepanjangan yang melanda Afghanistan, muncul sebuah kisah tak biasa namun penuh harapan. Sebuah keluarga asal Cina membuka sebuah toko mie sederhana di sudut kota Kabul, ibu kota Afghanistan.
Siapa sangka, kedai ini justru mendapat perlindungan dari kelompok yang selama ini dikenal sebagai kekuatan militer garis keras — Taliban. Toko mie tersebut awalnya dibuka di Afghanistan tanpa banyak ekspektasi.
Dengan modal resep warisan keluarga dan semangat bertahan hidup di negeri asing, keluarga imigran ini mulai menyajikan mie buatan tangan yang hangat dan penuh cita rasa. Aroma kaldu, rempah, dan mie kenyal yang khas kampung halaman mereka menarik perhatian warga lokal, termasuk anggota Taliban.
Yang mengejutkan, bukan hanya warga biasa yang menjadi pelanggan, tetapi juga beberapa anggota kelompok Taliban yang kini memegang kendali pemerintahan Afghanistan. Mereka tak hanya datang sebagai konsumen, tapi juga ikut menjaga keamanan toko itu.
Momen seperti ini, yang mungkin terasa mustahil di tempat lain, justru terjadi di sini—di tengah kota yang dulunya kerap menjadi simbol perpecahan. Dikutip dari video yang diunggah di akun Instagram @faatzayadi.nnz, Menurut laporan warga sekitar, Taliban yang biasanya menjaga jarak terhadap budaya asing, justru menunjukkan sikap ramah kepada keluarga Cina ini.
Mereka menjaga toko tersebut dari gangguan luar dan bahkan menyapa ramah para pengunjung. Dalam kedai kecil berkapasitas terbatas ini, perbedaan budaya perlahan mencair lewat semangkuk mie panas yang disajikan dengan tulus.
Tak hanya makanan, toko ini juga menjadi tempat lahirnya percakapan lintas bahasa dan budaya. Pelanggan dari berbagai latar belakang duduk berdampingan, berbagi cerita dan tawa.
Suasana yang damai ini seolah menjadi oase di tengah gurun konflik, mengingatkan bahwa bahasa kuliner adalah bahasa universal yang mampu menjembatani batas-batas sosial dan ideologis. Keberadaan toko mie ini telah menjadi simbol baru—simbol bahwa perdamaian bisa hadir dari tempat paling sederhana.
Bukan lewat senjata atau perjanjian politik, tapi lewat kehangatan makanan rumahan dan keramahan tulus antarmanusia.
Di saat dunia menyaksikan Afghanistan dalam lensa ketegangan, toko kecil ini menunjukkan bahwa harapan tak pernah benar-benar padam.
Damai bisa hadir dalam bentuk paling sederhana: semangkuk mie, senyum hangat, dan perlindungan tak terduga dari mereka yang dulu dianggap menakutkan