Setiap Hari 50 Pasien! Ruang Perawatan Jiwa Cilacap Nyaris Penuh di RSUD

Pasien gangguan jiwa di RSUD Cilacap Meningkat
Sumber :
  • pexel @TimaMiroshnichenko

Viva, Banyumas - Fenomena lonjakan pasien gangguan jiwa di Kabupaten Cilacap semakin mengkhawatirkan. Data terbaru dari RSUD Cilacap mengungkapkan, setiap hari rata-rata 30 hingga 50 pasien gangguan mental datang untuk menjalani perawatan.

Bahasa Ngapak dan Sunda Kembali ke Sekolah! Cilacap Siapkan Mulok Unik

Kondisi ini membuat ruang rawat Jiwa nyaris tidak pernah kosong. Kepala Bidang Pelayanan Keperawatan RSUD Cilacap, Edi Sucipto, menjelaskan bahwa pasien yang datang bukan hanya dari satu kelompok usia, tetapi mayoritas justru berada pada usia produktif.

Dikutip dari akun Instagram @cilacap_kekinian Edi mengungkapkan Pasien gangguan jiwa banyak dari usia produktif. Ada pelajar SMP, remaja, dewasa muda sampai usia 45 tahun.

Viral! Siswa ABK Widarapayung Cilacap Diduga Dibully Hingga Depresi dan Meninggal

Menurut Edi, lonjakan jumlah pasien ini terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Data internal rumah sakit menunjukkan peningkatan signifikan sejak masa pandemi Covid-19, yang memicu tekanan ekonomi, masalah keluarga, hingga perundungan di sekolah dan media sosial.

Edi menambahkan Faktor pemicu cukup kompleks. Dari masalah rumah tangga, tekanan pekerjaan, trauma, sampai persoalan sosial. Ruang perawatan gangguan jiwa di RSUD Cilacap pun kerap penuh setiap harinya.

Cilacap Tancap Gas! 65 Proyek Rp93 Miliar Dilelang, Siapa Pemenangnya?

Bahkan, petugas kesulitan mengatur antrean karena permintaan layanan yang tinggi. Kondisi ini menjadi tanda darurat kesehatan mental yang memerlukan perhatian lebih dari pemerintah daerah maupun masyarakat.

Para pasien gangguan jiwa yang datang tidak hanya berasal dari wilayah perkotaan Cilacap, tetapi juga pelosok desa di Cilacap Timur, Cilacap Barat, hingga perbatasan Banyumas. Edi menekankan bahwa perawatan pasien gangguan mental tidak hanya cukup dengan pemberian obat, tetapi juga perlu dukungan keluarga dan lingkungan sekitar.

“Pasien harus ditangani dengan pendekatan menyeluruh, mulai dari pengobatan, psikoterapi, hingga dukungan sosial,” tambahnya. Lonjakan pasien ini juga menimbulkan kekhawatiran terkait ketersediaan tenaga medis, ruang rawat, dan sarana pendukung rehabilitasi mental.

RSUD Cilacap terus berupaya meningkatkan kapasitas layanan kesehatan jiwa agar pasien tetap mendapatkan perawatan maksimal. Peningkatan kasus gangguan jiwa di usia produktif menjadi ancaman serius bagi masa depan daerah.

Generasi muda yang seharusnya menjadi tulang punggung pembangunan kini justru rentan mengalami masalah mental yang berdampak pada kualitas hidup, produktivitas, dan hubungan sosial.

Pemerintah Kabupaten Cilacap diharapkan lebih aktif melakukan sosialisasi pencegahan gangguan mental, mulai dari edukasi kesehatan jiwa di sekolah hingga pemberdayaan posyandu kesehatan mental di tingkat desa.

Selain itu, masyarakat juga diimbau mengurangi stigma negatif terhadap penderita gangguan jiwa agar mereka bisa pulih tanpa tekanan. Masalah kesehatan mental di Cilacap bukan hanya urusan rumah sakit, tetapi tanggung jawab bersama seluruh elemen masyarakat