Komisi Ojol Dipotong 20 Persen Diprotes, Tapi Kenapa Driver Jogja Justru Mendukung?
- pexel @jizophoto
Viva, Banyumas - Polemik terkait skema potongan komisi sebesar 20 persen yang diterapkan oleh perusahaan ojek online (ojol) kembali menjadi perbincangan hangat di kalangan pengemudi dan publik.
Skema potongan ini terdiri dari 15 persen biaya layanan dan 5 persen untuk pemeliharaan sistem aplikasi. Banyak pihak, terutama dari komunitas ojol di kota besar, mempersoalkan besarnya potongan ini karena dianggap memberatkan pengemudi. Namun, situasi berbeda justru terlihat di Jogyakarta.
Sejumlah mitra pengemudi di kota pelajar ini menyatakan dukungannya terhadap skema potongan yang diberlakukan aplikator. Wuri Rahmawati, Ketua Forum Ojol Yogyakarta Bersatu (FOYB), mengatakan bahwa meskipun secara nominal potongan mencapai 20persen, manfaat yang diperoleh mitra pengemudi tetap terasa nyata.
Menurutnya, skema tersebut tidak hanya sekadar potongan, tapi juga membuka akses ke berbagai program dukungan dari aplikator. Dilansir dari akun Instagram @folkkonoha, Wuri mengatakan ia tidak masalah dengan skema komisi 15+5 karena driver merasakan manfaatnya, seperti program-program yang meringankan biaya operasionali.
Ia mencontohkan beberapa dukungan yang diberikan aplikator seperti voucher oli, servis kendaraan, diskon sparepart, asuransi jiwa, serta promo-promo khusus yang diberikan kepada mitra aktif.
Lebih lanjut, Wuri menyoroti praktik aplikator pesaing yang menerapkan tarif jauh di bawah ketentuan pemerintah tanpa memberikan bentuk dukungan apapun kepada pengemudi.
Menurutnya, model bisnis seperti itu justru merugikan, baik bagi mitra maupun pelanggan. Wuri menambahkan Customer juga sekarang sensitif soal harga. Aplikator yang pasang tarif rendah tapi gak ngasih apa-apa ke driver justru bikin situasi tidak aman.
Kalau ada kejadian di jalan, mitra bisa rugi sendiri. Dukungan para driver di Yogyakarta ini menjadi kontras dengan gelombang protes dari sejumlah wilayah lain. Mereka menilai bahwa transparansi serta program dukungan aplikator menjadi kunci utama dalam menerima skema potongan komisi.
Kasus ini menunjukkan bahwa isu potongan komisi tidak bisa dilihat dari angka saja. Yang lebih penting adalah bagaimana aplikator memastikan kesejahteraan mitranya dengan memberikan manfaat yang seimbang.
Dengan pendekatan yang tepat, skema komisi yang dianggap memberatkan justru bisa diterima dan didukung oleh pengemudi di lapangan