Rahasia Spiritualitas Malam Satu Suro: Tradisi Jawa Kuno yang Masih Bertahan di Tengah Dunia Serba Digital
- Ilustrasi - pixabay/YHBae
VIVA, Banyumas – Malam Satu Suro, atau sering disebut Malam Sura, adalah sebuah perayaan yang memiliki akar mendalam dalam budaya Jawa.
Lebih dari sekadar pergantian tahun, momen Malam Satu Suro ini sarat akan nilai-nilai spiritual dan menjadi pengingat akan kekayaan tradisi yang telah diwariskan secara turun-temurun.
Bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijriah, Malam Satu Suro menjadi penanda Tahun Baru Jawa yang dirayakan dengan beragam ritual dan refleksi diri.
Sejarah dan Asal Mula Malam Satu Suro
Sejarah peringatan Malam Satu Suro tidak bisa dilepaskan dari peran besar Sultan Agung Hanyakrakusuma, seorang Raja Mataram Islam yang visioner.
Pada tanggal 8 Juli 1633 Masehi, atau Jumat Legi, Jumadil Akhir 1555 Saka, beliau menetapkan sistem penanggalan Jawa yang mengadopsi kalender Hijriah.
Sejak saat itulah, 1 Suro dirayakan sebagai Tahun Baru Jawa, bertepatan dengan peringatan Tahun Baru Islam.
Keputusan ini menunjukkan bagaimana kearifan lokal berpadu dengan nilai-nilai keagamaan, menciptakan sebuah tradisi yang unik dan bermakna.
Makna Spiritual dan Tradisi yang Dilakukan
Bagi masyarakat Jawa, bulan Suro diyakini sebagai bulan yang sakral dan penuh makna.
Untuk menyambutnya, berbagai ritual digelar sebagai bentuk rasa syukur dan doa memohon keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Tradisi Malam Satu Suro diwariskan secara turun-temurun dan memiliki ragam pelaksanaan di berbagai daerah.
Kamu mungkin akan menemukan kegiatan spiritual seperti tirakat, doa bersama, hingga kirab pusaka.
Tujuan utamanya adalah untuk menyucikan diri dari berbagai hal negatif selama setahun terakhir dan menyambut tahun baru dengan semangat pembaharuan diri.
Kepercayaan terhadap kekuatan spiritual di Malam Satu Suro juga mendorong sebagian masyarakat untuk menghindari aktivitas besar, seperti pernikahan atau perjalanan jauh.
Sebaliknya, mereka memilih untuk merenung, memperbanyak doa, dan berdiam diri sebagai bentuk introspeksi.
Ini adalah momen untuk mengevaluasi diri, merenungkan perjalanan hidup, dan berkomitmen untuk menjadi pribadi yang lebih baik di tahun yang baru.
Relevansi Malam Satu Suro di Era Modern
Meskipun tradisi ini erat kaitannya dengan budaya kejawen, makna di baliknya tidak melulu berbau mistis.
Malam Satu Suro justru menyimpan pesan moral yang kuat untuk selalu mengevaluasi dan memperbaiki diri menuju kehidupan yang lebih baik.
Di tengah arus modernisasi, tradisi ini tetap menunjukkan relevansinya dalam kehidupan masyarakat Jawa.
Selain menjadi wadah spiritual, tradisi ini juga menjadi bagian penting dari upaya pelestarian kearifan lokal yang patut dijaga keberlanjutannya.
Melalui perayaan ini, kita diingatkan akan pentingnya menghormati warisan budaya dan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya.