Dari BLBI hingga Jiwasraya: Refleksi atas Uang Rakyat yang Pernah Hilang dan Harapan yang Kembali Menyala
- Pixabay
VIVA, Banyumas – Penyerahan hasil sitaan negara yang dipimpin langsung oleh Prabowo Subianto di Bangka Belitung kemarin bukan sekadar acara seremonial. Di balik prosesi resmi itu, tersimpan pesan kuat tentang komitmen pemerintah dalam menegakkan keadilan ekonomi. Prabowo, dengan kehadirannya di lapangan, seolah ingin menunjukkan bahwa negara kini tidak lagi pasif terhadap pelaku penyimpangan, melainkan hadir langsung untuk memastikan kekayaan publik kembali ke tangan rakyat. Langkah ini menjadi sinyal bahwa penegakan hukum tak hanya soal menghukum, tetapi juga memulihkan keadilan ekonomi bagi rakyat.
Lebih dari itu, momen tersebut menjadi simbol bahwa bangsa ini tengah menapaki babak baru: memperbaiki luka lama akibat uang rakyat yang pernah diselewengkan dalam jumlah besar. Selama bertahun-tahun, publik sering mendengar kabar tentang aset negara yang raib tanpa kejelasan, sementara proses hukum berjalan lamban. Kini, melalui tindakan nyata seperti ini, muncul harapan bahwa era baru pengelolaan aset negara yang transparan dan berkeadilan benar-benar sedang dimulai.
Sejarah Indonesia penuh dengan pelajaran mahal tentang bagaimana kelalaian dan keserakahan dapat menguras kas negara. Dari skandal BLBI yang mengguncang ekonomi nasional di akhir 1990-an, hingga kasus Jiwasraya dan ASABRI yang meninggalkan luka di hati jutaan rakyat kecil—semua menunjukkan bahwa korupsi bukan sekadar kejahatan, tapi pengkhianatan terhadap kepercayaan bangsa. Setiap kasus besar itu menjadi pengingat bahwa tanpa sistem pengawasan yang kuat dan penegakan hukum yang tegas, roda pembangunan bisa berhenti sebelum mencapai tujuannya.
Namun di balik catatan kelam itu, Indonesia juga selalu bangkit. Reformasi hukum, penguatan lembaga antikorupsi, hingga komitmen politik untuk memulihkan aset negara adalah bentuk perlawanan terhadap masa lalu. Gerakan yang dipimpin Prabowo kemarin menjadi penegasan bahwa cita-cita pemerintahan bersih belum padam. Harapannya, semangat ini bisa menjadi inspirasi bagi seluruh elemen bangsa untuk terus menjaga integritas dan menolak segala bentuk penyimpangan.
Kini tugas bangsa adalah menjaga agar sejarah tidak berulang. Uang rakyat adalah darah pembangunan—dan sekali hilang, harus diperjuangkan untuk kembali, demi masa depan yang lebih jujur dan bermartabat. Setiap rupiah yang diselamatkan bukan hanya angka di neraca, tetapi juga harapan bagi jutaan warga yang menanti perubahan nyata. Dengan kesadaran kolektif dan pengawasan publik yang kuat, Indonesia bisa memastikan bahwa kekayaan negeri ini benar-benar kembali untuk kemakmuran rakyatnya.