Profil Ponpes Al Khoziny: Seabad Mengabdi, Musala Tiga Lantai Ambruk
- Tiktok @amarthanaya
Ponpes Al Khoziny Sidoarjo, pesantren berusia seabad, dilanda tragedi ambruknya musala tiga lantai. Sejarah panjangnya tetap menjadi warisan berharga bagi umat Islam Nusantara
Viva, Banyumas - Duka mendalam menyelimuti Pondok Pesantren Al Khoziny Buduran, Sidoarjo. Pada Senin (29/9/2025), musala tiga lantai yang menjadi pusat ibadah santri ambruk saat ratusan santri tengah melaksanakan salat Asar berjemaah.
Tragedi ini menelan korban lebih dari seratus orang, puluhan masih menjalani perawatan, dan tiga di antaranya dinyatakan meninggal dunia. Peristiwa memilukan tersebut tidak hanya meninggalkan luka bagi keluarga besar pesantren, tetapi juga mengguncang masyarakat luas, khususnya kalangan Nahdlatul Ulama (NU).
Ponpes Al Khoziny bukan sekadar lembaga pendidikan, melainkan salah satu pesantren tertua di Jawa Timur yang telah melahirkan banyak ulama besar Nusantara. Dilansir dari laman NU Online Jatim, Pesantren Al Khoziny berdiri sekitar tahun 1926–1927, meski sebagian catatan menyebut sudah ada sejak 1920.
Pesantren ini didirikan oleh KH Khozin Khouruddin, atau akrab disebut Kiai Khozin Sepuh, menantu KH Ya’qub dari Pesantren Siwalanpanji. Hubungan ini membuat Al Khoziny memiliki ikatan erat dengan jaringan pesantren tertua di Jawa Timur.
Awalnya, pesantren ini hanyalah sebuah rumah sederhana untuk putranya, KH Moh Abbas, sepulang menimba ilmu di Makkah. Namun, jumlah santri yang terus bertambah menjadikan Al Khoziny berkembang menjadi pesantren besar yang berperan penting dalam perkembangan pendidikan Islam di Jawa Timur.
Nama besar Al Khoziny juga lekat dengan sejarah Nahdlatul Ulama. Kiai Khozin diketahui memiliki hubungan kekerabatan dengan KH Hasyim Asy’ari, pendiri NU. Kedekatan ini memperkuat peran Al Khoziny sebagai pusat keilmuan yang melahirkan ulama dan tokoh agama.