Datuk Jamal Nasir: Timnas Malaysia Pengecut, Takut Kalah di CAFA!
- instagram @famalaysia
Datuk Jamal Nasir menyebut Timnas Malaysia pengecut karena mundur dari CAFA demi menjaga ranking FIFA. Ia menilai kemenangan tipis lawan Singapura bukan tanda kemajuan
Viva, Banyumas - Kenaikan peringkat FIFA Timnas Malaysia pada September 2025 seharusnya menjadi kabar membanggakan. Namun, pujian itu berubah menjadi sorotan pedas ketika mantan pemain nasional, Datuk Jamal Nasir, menyebut tim kebanggaan Harimau Malaya sebagai “pengecut”.
Menurut Jamal, Malaysia terlalu takut kehilangan ranking sehingga memilih mundur dari turnamen Central Asian Football Association (CAFA).
Baginya, keputusan tersebut bukanlah strategi, melainkan bukti mental yang lemah. Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) bersama pelatih Peter Cklamovski dianggap Jamal hanya mencari alasan untuk menutupi ketidakberanian menghadapi kompetisi sesungguhnya.
“Menolak turnamen itu adalah kesalahan besar. Kalau hanya main persahabatan, intensitasnya tidak sekuat turnamen resmi. Kalau mundur karena takut kalah dan ranking turun, itu pengecut,” tegas Jamal dikutip dari laman New Staits Time.
Jamal juga menyoroti kemenangan tipis Malaysia 2-1 atas Singapura. Menurutnya, hasil itu jauh dari kata membanggakan.
“Kalau benar sudah berkembang, Malaysia seharusnya bisa menggempur dengan tujuh atau delapan gol. Bukan hanya menang tipis,” ujarnya.
Pernyataan tersebut memperlihatkan kekhawatiran Jamal bahwa prestasi Harimau Malaya hanya bersifat semu, sekadar menjaga peringkat tanpa menunjukkan peningkatan kualitas nyata. Turnamen CAFA, menurut Jamal, adalah ajang tepat untuk menguji kualitas tim, bahkan tanpa pemain naturalisasi yang berkarier di Eropa dan Amerika Selatan.
“Kami kehilangan kesempatan melihat sejauh mana kemampuan pemain dalam menahan tekanan. Justru itu penting agar tahu posisi sebenarnya,” tambahnya.
Kritik pedas Jamal menjadi pengingat keras bahwa sepak bola tidak hanya soal angka di ranking FIFA. Mental bertanding, keberanian menghadapi lawan tangguh, dan keinginan untuk berkembang jauh lebih penting.
Jika Malaysia terus bermain aman dengan menghindari risiko, perkembangan sepak bola nasional bisa stagnan. Jamal menegaskan, hanya dengan menghadapi kompetisi sesungguhnya, Malaysia bisa membuktikan diri di kancah internasional