Profil KH Thoifur Mawardi, Ulama Besar Purworejo yang Baru Berpulang Usia 70 Tahun Dikenal Ulama Keturunan Sultan Agung
- Tiktok @mohhamzah357
Viva, Banyumas - Purworejo berduka. KH Muhammad Thoifur Mawardi, ulama kharismatik yang akrab dipanggil Abah Thoifur, wafat pada Selasa (19/8) sore di RSUD Tjitrowardoyo. Beliau berpulang di usia 70 tahun setelah berjuang melawan gangguan ginjal dan hipertensi. Kepergiannya menjadi kehilangan besar bagi dunia pesantren dan umat Islam, khususnya di Jawa Tengah.
Lahir pada 8 Agustus 1955 di Purworejo, KH Thoifur merupakan putra dari KH R. Mawardi, seorang ulama terkemuka. Dari jalur keluarga, beliau masih memiliki garis keturunan dengan KH Imam Maghfuro, tokoh besar Karesidenan Kedu, serta memiliki ikatan darah dengan trah Sultan Agung Hanyokrokusumo dari Mataram.
Dilansir dari Berbagai Sumber, Sejak kecil, KH Thoifur dikenal tekun menimba ilmu agama. Masa mudanya dihabiskan dengan belajar di pesantren-pesantren ternama Jawa.
Beliau sempat nyantri di Pondok Pesantren Sugihan, Kajoran, Magelang, lalu melanjutkan ke Lasem, Rembang, untuk memperdalam ilmu syariah, hadis, dan tasawuf. Pada tahun 1976, KH Thoifur berangkat ke Makkah dan menimba ilmu langsung di bawah bimbingan ulama besar Al-‘Allamah Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki.
Selama 12 tahun bermukim di tanah suci, beliau dikenal luas memiliki penguasaan kitab yang mendalam hingga dijuluki “kitab berjalan”. Selain keilmuannya, KH Thoifur dikenal memiliki karomah spiritual.
Salah satu kisah yang populer adalah “Bi’ru Thoifur”, sebuah sumur di Rushaifah, Makkah, yang muncul setelah beliau bermimpi diperintah Rasulullah untuk menggali tanah. Sumur itu kini menjadi sumber air utama bagi para santri di sana.
Sepulangnya ke tanah air pada 1988, KH Thoifur mendirikan Pondok Pesantren Daarut Tauhid di Purworejo. Pesantren ini berkembang pesat dengan ribuan santri serta puluhan cabang di berbagai daerah.
Selain itu, beliau aktif berdakwah, menghadiri pengajian di berbagai kota, sekaligus menjadi rujukan spiritual bagi tokoh masyarakat.
Di tengah kesederhanaannya, KH Thoifur tetap memberi pengaruh besar di tingkat nasional. Banyak tokoh politik maupun pejabat datang untuk meminta nasihat dan doa. Beliau selalu menekankan ukhuwah Islamiyah, cinta Rasulullah, dan pentingnya menjaga akhlak mulia.
Kini, umat Islam kehilangan sosok alim yang bukan hanya guru pesantren, tetapi juga guru bangsa. Warisan terbesar KH Thoifur bukan hanya berupa pesantren dan sanad keilmuan, melainkan teladan dalam keteguhan iman, kesederhanaan hidup, serta cinta kepada Nabi Muhammad SAW