Populasi Menyusut, China Panik! Ini Rencana Rahasia Dorong Warga Punya Anak Bagi Bagi Uang 8 Jutaan

Ilustrasi China siapkan insentif tunai untuk angka kelahiran
Sumber :
  • pexel @Alexander Dummer

Viva, Banyumas - China tengah menghadapi ancaman demografi terbesar dalam sejarah modernnya. Setelah bertahun-tahun menjalankan kebijakan satu anak, negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia ini kini justru panik akibat penurunan angka kelahiran yang semakin drastis, hingga buat rencana bagi bagi uang agar banyak generasi muda mau punya anak.

Amerika Panik, Iran Mengancam! China Diminta Jadi Penentu Krisis Selat Hormuz

Data resmi menunjukkan jumlah kelahiran di China turun lebih dari setengah dalam tujuh tahun terakhir. Dari 18,8 juta kelahiran pada 2016, angkanya merosot menjadi hanya 9,54 juta pada 2023.

Kondisi ini memicu kekhawatiran serius karena populasi usia produktif makin menyusut, yang berpotensi menghantam ekonomi dan memperberat beban jaminan sosial.

China Ekspor Batubara Kokas ke Sulawesi, Ada Apa di Baliknya?

Dilansir dari Reuters, Sebagai langkah cepat, pemerintah China menyiapkan sejumlah kebijakan baru yang dikabarkan menjadi bagian dari “rencana rahasia nasional” mendorong warganya mau memiliki lebih banyak anak.

Salah satu skema utamanya adalah insentif tunai sebesar 3.600 yuan per anak setiap tahun—sekitar USD 503 atau Rp 8,1 juta—yang akan diberikan kepada pasangan hingga anak berusia tiga tahun. Meski belum diumumkan secara resmi, rencana ini diyakini mulai berlaku tahun 2025 dan menjadi insentif kelahiran terbesar sepanjang sejarah kebijakan populasi di China.

PLTN Indonesia Akan Pakai Teknologi China atau Rusia? Ini Kata Wamen ESDM

Selain bantuan tunai, beberapa daerah juga berlomba menawarkan subsidi perumahan, potongan pajak, hingga tunjangan khusus untuk ibu bekerja. Pemerintah lokal di kota-kota besar seperti Shenzhen dan Beijing bahkan sudah lebih dulu meluncurkan berbagai program pilot untuk menarik minat pasangan muda memiliki anak kedua dan ketiga.

Para analis menilai kebijakan insentif ini mencerminkan kepanikan Beijing terhadap cepatnya laju penuaan penduduk. Jika tren terus berlanjut, China diperkirakan akan kehilangan ratusan juta penduduk usia kerja dalam beberapa dekade mendatang. Dampak krisis demografi ini sudah mulai terasa.

Sektor manufaktur kekurangan pekerja, pertumbuhan ekonomi melambat, dan biaya perawatan lansia melonjak tajam. Kondisi ini mendorong pemerintah mengambil langkah agresif untuk membalikkan tren penurunan kelahiran secepat mungkin.

Namun, banyak pihak ragu apakah kebijakan insentif uang tunai akan cukup untuk memecahkan masalah yang sudah berakar panjang. Generasi muda di China kini menghadapi tekanan biaya hidup yang tinggi, harga rumah yang melambung, serta budaya kerja intensif yang membuat banyak pasangan menunda atau bahkan menolak punya anak.

Sejumlah survei menunjukkan bahwa meskipun pemerintah memberi tunjangan, keputusan memiliki anak tetap bergantung pada kestabilan ekonomi rumah tangga dan ketersediaan fasilitas pendukung, seperti layanan penitipan anak dan cuti melahirkan yang memadai. Rencana besar China mendorong angka kelahiran masih akan terus berkembang.

Para pengamat menyebut langkah-langkah ini sebagai “perlombaan melawan waktu” agar negara tidak terjebak dalam krisis demografi berkepanjangan yang bisa mengguncang fondasi ekonomi dan sosialnya