Meriah dan Sakral, Inilah Beberapa Tradisi Muharram di Indonesia yang Masih Lestari

Tradisi Do'a Awal dan Akhir tahun di masjid-masjid
Sumber :
  • Pixabay

Bulan Muharram dikenal sebagai bulan penuh keutamaan. Di dalamnya terdapat dua hari puasa sunnah yang sangat dianjurkan, yaitu tanggal 9 dan 10 Muharram, yang dikenal sebagai puasa Tasu'a dan Asyura. Selain sebagai ibadah, puasa ini juga menjadi momen refleksi spiritual bagi banyak umat islam.

Tak Melulu Mistis! Fakta Mengejutkan Tentang Malam Satu Suro yang Selama Ini Salah Dipahami Masyarakat Jawa

4. Bubur Suro

Di sebagian daerah seperti Jawa dan Sumatera, Muharram identik dengan tradisi membuat bubur suro. Bubur ini dibuat dengan bahan khas seperti beras, santan, dan aneka lauk pelengkap. Disajikan sebagai wujud rasa syukur dan harapan akan keberkahan di tahun baru, bubur suro biasanya disantap bersama keluarga atau dibagikan ke tetangga.

Bulan Suro Bukan Main-main! Ini Pantangan Pemilik Weton Tulang Wangi yang Jarang Diketahui Orang

5. Ngumbah Pusoko

Di kalangan masyarakat Jawa, 1 Muharram dikenal juga sebagai 1 Suro. Momen ini dianggap sakral, dan salah satu tradisinya adalah ngumbah pusoko—ritual memandikan benda pusaka seperti keris dan tombak. Tradisi ini merupakan simbol pembersihan diri dan penghormatan terhadap nilai-nilai leluhur.

Weton Lakuning Srengenge: Sosok Penuh Karisma tapi Bisa Jadi Egois, Kamu Termasuk yang Lahir di Hari Ini?

Tradisi Muharram di Indonesia bukan sekadar seremonial, tapi juga menjadi refleksi nilai keagamaan dan budaya yang terus hidup dari generasi ke generasi. Di tengah modernitas, pelestarian tradisi seperti ini menjadi pengingat pentingnya spiritualitas dan jati diri bangsa.