Lebih Tinggi dari GWK, Monumen Reog Ponorogo Butuh Rp 88,8 Miliar Lagi Belum Selesai Sejak 2023, Duit Darimana?
- Tiktok @ekomulyadi_karangpatihan
Viva, Banyumas - Monumen Reog Ponorogo menjadi simbol ambisi besar Kabupaten Ponorogo dalam mengembangkan sektor pariwisata dan kebudayaan. Proyek yang digagas sejak 2023 ini belum juga rampung dan masih menyisakan pekerjaan besar. Hingga kini, pembangunan Monumen Reog Ponorogo belum jadi sejak 2023 dan masih butuh 88 miliar lagi untuk menyempurnakan berbagai fasilitas penunjang.
Pertanyaannya, duit darimana akan diambil untuk menutupi kekurangan dana tersebut? Dengan tinggi yang direncanakan mencapai 126 meter, Monumen Reog Ponorogo diproyeksikan akan melampaui patung Garuda Wisnu Kencana di Bali.
Namun meski bangunan utamanya telah mulai tampak, fakta bahwa Monumen Reog Ponorogo belum jadi sejak 2023 tetap menjadi sorotan. Untuk menyelesaikan pembangunan, butuh 88 miliar lagi.
Kini masyarakat mulai bertanya-tanya, duit darimana untuk menyelesaikan proyek raksasa ini? Pemkab Ponorogo sendiri mengakui bahwa pembiayaan Monumen Reog Ponorogo tidak bisa sepenuhnya mengandalkan APBD.
Proyek ini telah berjalan sejak 2023 namun belum jadi, dan untuk melanjutkan pembangunannya butuh 88 miliar lagi. Pemerintah daerah pun mempertimbangkan skema pembiayaan dari pihak ketiga sebagai solusi, karena pertanyaan paling krusial yang muncul saat ini adalah: duit darimana akan datang untuk menyelesaikan monumen megah tersebut?.
Dilansir dari akun Instagram @voktis,id, Pemerintah Kabupaten Ponorogo sejauh ini telah mengucurkan dana sebesar Rp 73,87 miliar sejak 2023 hingga kini, dengan sumber anggaran berasal dari APBD Kabupaten dan bantuan dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Dana tersebut telah digunakan untuk membangun struktur utama monumen berbentuk dadak merak—ikon dari seni Reog Ponorogo—yang kini sudah mulai tampak berdiri megah. Namun pembangunan MRMP belum selesai.
Banyak elemen pendukung yang masih dalam proses perencanaan dan pelaksanaan, seperti gedung utama (main building), fasilitas lift pengunjung, museum, gardu pandang, hingga sarana edukasi serta area penangkaran burung merak.
Seluruh komponen ini memerlukan alokasi dana tambahan yang cukup besar dan dirancang akan dipenuhi secara bertahap dalam jangka waktu lima tahun ke depan.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Ponorogo 2025–2029, Bupati Sugiri Sancoko atau yang akrab disapa Kang Giri mengungkapkan bahwa pembiayaan MRMP telah dimasukkan dalam program pembinaan sejarah dan kebudayaan. Pada tahun 2026, pembangunan MRMP direncanakan menyedot anggaran Rp 35,7 miliar, disusul Rp 24,1 miliar di tahun 2027.
Sementara tahun-tahun berikutnya yaitu 2028 hingga 2030 membutuhkan Rp 23 miliar, Rp 3 miliar, dan Rp 3 miliar berturut-turut. Meski begitu, Kang Giri menegaskan bahwa tidak seluruh kebutuhan dana akan dibebankan kepada APBD.
Pemerintah Kabupaten Ponorogo tengah menjajaki opsi pendanaan alternatif dari pihak ketiga untuk menutup kekurangan anggaran tersebut. Skema kerjasama antara pemerintah dan swasta (KPBU) atau CSR dari BUMN dan perusahaan besar nasional menjadi salah satu opsi yang sedang dikaji agar pembangunan MRMP tidak membebani fiskal daerah secara berlebihan.
Lebih dari sekadar monumen megah, MRMP ditargetkan menjadi pusat kebudayaan, edukasi, dan wisata unggulan di Jawa Timur yang mampu menggerakkan ekonomi warga sekitar. Pemerintah daerah berharap kehadiran monumen setinggi 126 meter ini akan menjadi magnet wisata baru, meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD), menciptakan lapangan kerja, dan menjadi landmark nasional yang membanggakan warga Ponorogo.
Jika seluruh tahapan berjalan sesuai rencana, Monumen Reog dan Museum Peradaban diharapkan dapat dibuka untuk umum pada awal dekade mendatang.
Selain menjadi simbol kejayaan budaya Reog, monumen ini sekaligus menjadi bukti bahwa daerah pun mampu menghadirkan karya kolosal dengan dampak ekonomi dan sosial jangka panjang