Agrowisata Clapar Segera Hadir! Dinas Pertanian Batang Tiru Konsep Ek View Semarang
- pexel @Mark Stebnicki
Viva, Banyumas - Wacana pengembangan Agrowisata Clapar Batang sebagai pusat unggulan sektor hortikultura kini mulai mendapat angin segar. Dalam upaya serius mewujudkan hal tersebut, Dinas Pertanian Batang melakukan studi tiru ke Ek View Agroedupark di Semarang.
Kunjungan ini menjadi pijakan awal dalam merancang model wisata edukasi pertanian yang sesuai dengan potensi lokal Clapar. Sebagai langkah konkret, Dinas Pertanian Batang menargetkan optimalisasi Balai Benih Pertanian Clapar agar menjadi lokasi wisata edukasi hortikultura berbasis komunitas.
Konsep dari Ek View Agroedupark dinilai ideal untuk diaplikasikan di Clapar Batang, mengingat kawasan tersebut memiliki kekayaan alam yang mendukung pengembangan agrowisata terpadu. Selain meningkatkan kunjungan wisatawan, program ini diharapkan bisa menggerakkan roda perekonomian lokal.
Dengan mengusung konsep kolaboratif, pengembangan agrowisata Clapar akan melibatkan pihak ketiga, pelaku UMKM, dan dinas terkait di Batang.
Model yang terinspirasi dari Ek View Agroedupark akan menghadirkan pengalaman petik buah, tanam sayur, hingga pengolahan hasil kebun langsung di tempat.
Inisiatif ini menempatkan Clapar Batang sebagai pionir wisata edukasi hortikultura di wilayah Pantura Jawa Tengah. Konsep agrowisata Clapar mengusung pola kolaboratif antara pemerintah daerah, komunitas pertanian, dan pihak ketiga.
Kepala Dispaperta Batang, Sutadi Ronodipuro, menyatakan bahwa BBP Clapar akan dikembangkan dengan mengadopsi pendekatan serupa Ek View, yaitu menyediakan kawasan petik buah, edukasi tanam, hingga pengolahan hasil panen langsung di lokasi.
"Meski Clapar memiliki keterbatasan, konsep Ek View sangat ideal diterapkan di sini. Ini bisa mendongkrak ekonomi daerah dan menjadi penyuplai sayur serta buah untuk kawasan industri hingga nasional," ujar Sutadi yang dilansir dari laman Pemkab Batang pada 14 Juni 2025.
Ek View Agroedupark Semarang, melalui Yudit Krismaryani selaku pengelola, menyambut baik inisiasi ini.
Ia menilai Clapar punya potensi besar untuk menjadi pusat hortikultura, khususnya dalam penyediaan komoditas buah dan sayuran untuk hotel, restoran, hingga ekspor.
Rencana ke depan, akan dibangun restoran kebun dengan bahan dasar hasil panen Clapar seperti salad, jus, dan kudapan sehat. Tak hanya itu, Clapar juga akan dikembangkan menjadi paket lengkap wisata edukasi hortikultura.
Pengunjung dapat menikmati naik kereta wisata, petik buah, tanam sayur, hingga mengolah hasilnya langsung di tempat. Konsep seperti ini sudah terbukti sukses di Magelang, Banyumas, dan Kebumen, dan akan menjadi daya tarik baru di Batang.
Diharapkan, program ini tidak hanya meningkatkan pendapatan asli daerah, tapi juga menjadi model optimalisasi lahan pertanian di Jawa Tengah. Dalam waktu dekat, proposal konsep agrowisata Clapar akan disampaikan ke Bupati Batang untuk direalisasikan secara resmi