Terkubur di Kebun, Kini Jadi Ikon Sejarah: Prasasti Sojomerto dan Garis Darah Kerajaan Mataram
- Pemkab Batang
Viva, Banyumas - Pada awalnya, sebuah batu besar yang terkubur di kebun milik warga Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang, tak menarik perhatian. Baru pada tahun 1950-an, saat kebun tersebut akan ditanami, batu itu ditemukan dan dibersihkan. Ternyata, batu tersebut menyimpan tulisan beraksara Kawi dan berbahasa Melayu Kuno.
Setelah penemuan itu, barulah para ahli sejarah mulai tertarik meneliti lebih jauh Prasasti Sojomerto ini. Setelah ditelusuri, tulisan dalam Prasasti Sojomerto mengungkap informasi penting mengenai garis darah Kerajaan Mataram, khususnya Wangsa Syailendra. Disebutkan nama tokoh bernama Dapunta Syailendra beserta keluarganya, yang dipercaya menjadi bagian dari dinasti besar Mataram Kuno.
Penemuan ini memperkuat dugaan bahwa wilayah Batang memiliki kaitan erat dengan sejarah kerajaan besar yang juga meninggalkan warisan seperti Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Kini, keberadaan prasasti yang dulu terkubur di kebun tersebut telah jadi ikon sejarah bagi warga Desa Sojomerto.
Selain menjadi daya tarik edukatif, prasasti itu juga telah ditetapkan sebagai cagar budaya yang dilestarikan.
Pemerintah desa bahkan membuat replika untuk memperkenalkan Prasasti Sojomerto kepada masyarakat luas, sebagai bagian dari warisan garis darah Kerajaan Mataram yang membanggakan.
Dilansir dari Pemkab Batang, Menurut Sekretaris Desa Sojomerto, Awal Setiarso, prasasti itu diperkirakan berasal dari pertengahan hingga akhir abad ke-7 Masehi.
Berdasarkan isi tulisan, disebutkan nama Dapunta Syailendra, yang disebut sebagai keturunan dari Wangsa Syailendra, salah satu dinasti besar yang pernah berkuasa dalam sejarah Kerajaan Mataram Kuno.
Disebut pula nama ayahnya, Santanu, ibunya Bradawati, dan istrinya bernama Sampula. Keberadaan Prasasti Sojomerto menjadi bukti penting tentang garis keturunan Wangsa Syailendra yang juga terkait dengan pembangunan situs-situs besar seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Candi Dieng.
Hal ini menjadikan prasasti tersebut bukan hanya sekadar batu bersejarah, tetapi juga sebagai penguat identitas sejarah lokal yang berkaitan langsung dengan peradaban besar Jawa.
Prasasti ini terbuat dari batu andesit, berukuran panjang 45 cm, lebar 30 cm, dan tinggi 80 cm. Kini, batu bersejarah itu dilestarikan sebagai cagar budaya yang berada di halaman rumah warga, dan kerap dikunjungi pelajar serta peneliti.
Pemerintah desa pun membangun replika prasasti di dekat balai desa agar masyarakat lebih mengenal warisan sejarah tersebut. Keberadaan Prasasti Sojomerto kini telah menjadi ikon kebanggaan warga desa.
Selain menjadi destinasi edukatif, peninggalan ini memperkuat narasi sejarah Batang sebagai bagian dari tapak kebudayaan kerajaan besar di Nusantara. Awal Setiarso menegaskan, prasasti ini menyimpan nilai penting yang terus dijaga bersama masyarakat