Ko Jaga Alam, Alam Jaga Ko: Malagufuk, Warisan Hutan Terakhir Papua di Ujung Tanduk Gempuran Kelapa Sawit

Ilustrasi jaga hutan Malagufuk dari gempuran sawit
Sumber :
  • pexel @Laura Monticelli

Viva, Banyumas - Di tengah tekanan besar dari industri ekstraktif yang terus merambah wilayah Papua, Malagufuk menjadi benteng terakhir yang menjaga warisan hutan alami. Kampung kecil di Distrik Klasow ini berusaha mempertahankan hutan di ujung tanduk yang menjadi sumber kehidupan masyarakat adat Moi.

Berani Masuk! Ini 7 Hutan Paling Angker di Indonesia yang Dipenuhi Misteri

Di tengah gempuran sawit, Malagufuk menunjukkan sikap tegas bahwa alam bukan untuk dijual, melainkan diwariskan ke generasi selanjutnya. Peran penting dimainkan oleh Opyor Jhener Kalami alias Opi, pemuda Moi yang menjadi tulang punggung pengelolaan ekowisata di Malagufuk, Papua. Ia bersama pemuda kampung lainnya bukan hanya memandu wisatawan, tapi juga menjaga keberlanjutan hutan sebagai warisan budaya dan ekologi.

Dengan ancaman gempuran sawit yang terus menghantui, mereka teguh memegang prinsip leluhur: ko jaga alam, alam jaga ko, yang jadi pedoman hidup mereka. Kini, masa depan Malagufuk di Papua berada dalam situasi genting. Jika hutan di ujung tanduk ini jatuh ke tangan industri, maka hilanglah warisan paling berharga suku Moi.

Krisis Air di Wanayasa, Perambahan Hutan Rogojembangan Banjarnegara Jadi Sorotan

Gempuran sawit tak hanya merusak alam, tetapi juga mengancam identitas dan nilai hidup masyarakat.

Namun selama Opyor Jhener Kalami alias Opi dan warga tetap berpegang pada prinsip ko jaga alam, alam jaga ko, harapan untuk mempertahankan Malagufuk tetap menyala.

Dari Hutan ke Tambang: Jejak Degradasi Watuputih Rembang 1986 sampai 2024 dalam Video Viral

Sosok kunci perjuangan itu adalah Opyor Jhener Kalami alias Opi (28), anak muda Moi yang menjadi pengelola ekowisata Malagufuk.

Bersama para pemuda lainnya, Opi menjaga hutan tidak hanya sebagai ruang hidup, tetapi juga sebagai sumber penghidupan dan kebanggaan. Lewat paket tur pengamatan burung—terutama cenderawasih, ikon Papua—ekowisata Malagufuk mampu menghasilkan ratusan juta rupiah per tahun tanpa harus merusak alam.

Halaman Selanjutnya
img_title