Mentan Amran Ungkap Mafia Beras Raup Untung Rp 42 Triliun dari Produksi 21 Juta Ton
- instagram @a.amran_sulaiman
Viva, Banyumas - Mentan Amran Sulaiman kembali menjadi sorotan setelah mengungkap adanya potensi untung besar yang diraih mafia beras dari selisih harga jual di pasaran. Dalam konferensi pers pada 3 Juni 2025, Amran menjelaskan bahwa dengan produksi 21 juta ton beras selama Januari hingga April 2025, para middle man bisa meraup untung hingga Rp 42 triliun. Menurutnya, angka tersebut berasal dari selisih Rp 2.000 per kilogram antara harga di penggilingan dan tingkat eceran.
Amran sebagai Mentan menyebut, praktik mafia beras inilah yang menyebabkan harga di tingkat konsumen tetap tinggi meski produksi 21 juta ton beras telah tersedia. Ia mengungkap bahwa keuntungan hingga Rp 42 triliun tersebut sangat timpang dibanding pendapatan petani yang hanya berkisar Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta per bulan. Amran menilai sistem distribusi saat ini lebih menguntungkan tengkulak dan memperburuk kesejahteraan petani.
Dalam keterangannya, Mentan Amran juga menyoroti bahwa permainan harga oleh mafia beras telah lama merugikan banyak pihak, khususnya petani. Ia mengungkap bahwa meski produksi 21 juta ton beras telah dicapai, keuntungan Rp 42 triliun justru diraup oleh pelaku distribusi yang tidak adil.
Amran pun berkomitmen melakukan pembenahan rantai pasok agar mafia tak lagi bisa memainkan harga seenaknya.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras untuk konsumsi masyarakat Indonesia selama Januari hingga Juli 2025 diperkirakan mencapai 21,76 juta ton gabah kering giling (GKG).
Dengan asumsi selisih harga sebesar Rp 2.000 per kilogram antara tingkat penggilingan dan grosir, potensi keuntungan para tengkulak bisa mencapai angka yang fantastis.
Dikutip dari tvonenews Amran mengungkapkan Kalau 21 juta ton dikali Rp 2.000 per kilogram, itu Rp 42 triliun yang masuk ke kantong middle man.