Pedagang Pasar Batang Keluhkan Sepinya Aktivitas, Perdagangan Online Jadi Tantangan
- pexel @wendywei
Pedagang Pasar Batang mengeluhkan sepinya pembeli akibat persaingan dengan perdagangan online. Aspirasi disampaikan dalam pertemuan bersama DPR RI dan Pemda Batang
Viva, Banyumas - Aktivitas jual beli di Pasar Batang, Jawa Tengah, belakangan ini kian lesu. Sepinya pembeli di tengah maraknya perdagangan online menjadi keluhan utama para pedagang tradisional.
Kondisi tersebut mencuat dalam kegiatan serap aspirasi bersama anggota Komisi VI DPR RI Fraksi PKS, Rizal Bawazier, pada Sabtu (27/9/2025).
Dalam forum yang digelar di area pasar, pedagang menyampaikan berbagai masalah yang mereka hadapi, mulai dari minimnya kunjungan pembeli, keterbatasan fasilitas pasar, hingga kebutuhan akses pemasaran digital.
“Intinya, pedagang ingin solusi supaya pasar kembali ramai. Ada juga yang berharap bisa difasilitasi berdagang online, karena persaingan dengan toko daring semakin ketat,” ujar Rizal di Batang pada 27 September 2025 dalam kegiatan serap aspirasi pedagang.
Bagi pedagang Pasar Batang, pergeseran pola belanja masyarakat ke platform digital menjadi tantangan besar.
Banyak pembeli kini lebih memilih bertransaksi melalui aplikasi e-commerce atau media sosial. Hal ini membuat omzet pedagang pasar tradisional menurun drastis.
Melihat kondisi tersebut, Rizal menilai bahwa digitalisasi bisa menjadi jalan tengah agar pedagang tetap kompetitif.
Salah satu gagasan yang muncul adalah penyediaan akses internet gratis di titik-titik strategis pasar.
“Dengan adanya wifi, pedagang bisa langsung menjual barang melalui platform online tanpa harus meninggalkan lapak fisik. Ini terutama sangat membantu pedagang pakaian yang mengaku sepi pembeli,” jelas Rizal.
Selain soal akses digital, aspirasi pedagang juga menyoroti perlunya revitalisasi Pasar Batang.
Beberapa usulan mencakup perbaikan infrastruktur, penambahan eskalator, serta akses kendaraan roda dua menuju lantai dua pasar agar pembeli lebih mudah menjangkau lapak pedagang.
Menurut Rizal, skema pembiayaan revitalisasi dapat dilakukan melalui program CSR BUMN maupun dukungan dari Kementerian Perdagangan.
Hal ini dinilai penting agar pasar tradisional bisa kembali menarik minat konsumen di tengah persaingan era digital.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Disperindagkop Kabupaten Batang, Wahyu Budi Santoso, menegaskan kesiapan pemerintah daerah untuk menindaklanjuti aspirasi pedagang.
“Apa yang bisa kami lakukan di level daerah tentu akan kami kawal. Untuk yang membutuhkan bantuan pusat, kami sangat berterima kasih jika difasilitasi Pak Rizal. Pasar Batang sebagai pasar sentral memang butuh perhatian lebih,” ucap Wahyu.
Dengan berbagai usulan yang telah disampaikan, pedagang Pasar Batang berharap ada langkah nyata agar pasar kembali menjadi pusat kegiatan ekonomi masyarakat, sekaligus mampu beradaptasi dengan era digital