Singkong dan Talas Bangkit! Gerakan Karang Kitri di Magelang Selamatkan Pangan Nusantara
- Pemkab Magelang
Desa Ngargoretno di Magelang menghidupkan kembali konsep Karang Kitri untuk meningkatkan konsumsi pangan lokal seperti singkong dan talas, menjaga ekosistem, dan kemandirian pangan
Viva, Banyumas - Desa Ngargoretno, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, terus memantapkan langkah untuk memperkuat ketahanan pangan berbasis komunitas. Melalui gerakan Karang Kitri, warga diajak kembali mengenali potensi pangan lokal yang sejak lama tumbuh subur di pekarangan.
Singkong, talas, ubi jalar, hingga gembili bukan hanya sekadar bahan makanan tradisional, melainkan warisan pengetahuan nenek moyang yang mendukung keberlanjutan ekosistem. Konsep Karang Kitri sendiri merupakan filosofi Jawa tentang pemanfaatan lahan pekarangan untuk memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga.
Sistem ini mendorong kemandirian, meminimalkan ketergantungan pada beras dan gandum, serta memperkaya keanekaragaman hayati di sekitar pemukiman. Kepala Desa Ngargoretno, Dodik Suseno, menjelaskan bahwa masyarakat lereng Menoreh dahulu menjadikan pekarangan sebagai “lumbung hidup”.
Berbagai tanaman buah, sayur, dan umbi-umbian tumbuh berdampingan, menciptakan keseimbangan alam sekaligus ketahanan pangan keluarga.
Sayangnya, pola konsumsi masyarakat kini lebih condong pada makanan berbasis gandum yang instan dan praktis. Data Badan Pangan Nasional menunjukkan konsumsi umbi-umbian hanya sekitar 16,4 kg per kapita per tahun, jauh tertinggal dari beras yang mencapai 90 kg dan gandum sekitar 38 kg.
Perubahan gaya hidup ini membuat pangan lokal semakin terpinggirkan. Melalui kegiatan Ruwat Rawat Menoreh (RRM) V bertema “Memetri Wiji Ngrumat Karang Kitri”, pemerintah desa bersama BUMDes Argo Inten berupaya membangkitkan kembali minat masyarakat terhadap pangan lokal.