Dari Wakil Dirut BRI hingga Terjerat Dugaan Korupsi Mesin EDC, Inilah Jejak Karir Catur Budi Harto
- VIVA/BRI
Catur Budi Harto, mantan Wakil Direktur Utama BRI, memiliki karier panjang di dunia perbankan BUMN. Namun, namanya kini tersorot KPK terkait dugaan korupsi pengadaan mesin EDC senilai Rp2,1 triliun, dengan kerugian negara sementara Rp700 miliar.
VIVA, Banyumas – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengungkapkan penyitaan aset dari Catur Budi Harto sebagai bagian dari penyidikan kasus dugaan korupsi pengadaan mesin EDC di BRI.
“Dilakukan penyitaan terhadap yang bersangkutan (Catur Budi Harto, red.) ya. Salah satunya adalah satu unit sepeda yang nilainya diperkirakan Rp150 juta,” ujar Juru Bicara KPK Budi Prasetyo dikutip dari ANTARA pada Jumat (12/9/2025).
KPK menegaskan bahwa penyitaan tersebut dilakukan karena aset tersebut diduga berkaitan dengan kasus mesin EDC, dan pihaknya juga menelusuri aliran uang dari penyedia barang dan jasa.
Pada 26 Juni 2025, KPK resmi memulai penyidikan kasus ini, dengan nilai proyek pengadaan mesin EDC mencapai Rp2,1 triliun.
Kerugian keuangan negara sementara diperkirakan sebesar Rp700 miliar atau sekitar 30 persen dari nilai proyek.
Pada 9 Juli 2025, Catur Budi Harto resmi ditetapkan sebagai tersangka bersama beberapa pihak lainnya, termasuk mantan Direktur Digital, Teknologi Informasi, dan Operasi BRI sekaligus mantan Dirut Allo Bank Indra Utoyo.
KPK mengungkapkan bahwa Catur menerima “Rp525 juta dari Elvizar dalam bentuk sepeda dan dua ekor kuda atas keuntungan para vendor mesin EDC.”
Jejak Karir Catur Budi Harto
Catur Budi Harto dikenal sebagai salah satu tokoh berpengalaman di dunia perbankan Indonesia.
Lahir pada tahun 1964, ia meniti karier yang panjang dan strategis di beberapa bank BUMN ternama sebelum terjerat kasus dugaan korupsi terkait pengadaan mesin electronic data capture (EDC) di PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) pada 2020–2024.
Karier Profesional di Dunia Perbankan
Catur Budi Harto menempuh pendidikan di bidang agronomi di Institut Pertanian Bogor (IPB) dan kemudian melanjutkan studi manajemen dengan meraih gelar Magister Manajemen dari Universitas Prasetiya Mulya.
Kariernya di industri perbankan BUMN dimulai pada 2014 ketika ia dipercaya menjabat Executive Vice President di BRI. Setahun kemudian, ia naik menjadi Senior Executive Vice President (SEVP) di bank yang sama.
Periode 2016–2017 menjadi langkah penting dalam karier Catur ketika ia bergabung dengan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) sebagai Direktur Jaringan dan Commercial Funding.
Kemudian, pada 2017 hingga 2019, ia mengisi posisi Direktur Bisnis Kecil Menengah dan Jaringan di PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI), memperkuat pengalamannya di sektor perbankan korporasi dan ritel.
Kembali ke BRI, Catur diangkat sebagai Wakil Direktur Utama pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) September 2019, mendampingi Sunarso yang menjabat Direktur Utama.
Masa jabatannya sebagai Wakil Direktur Utama berlangsung hingga Maret 2025, saat ia diberhentikan dengan hormat melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).