Dari Hutan ke Tambang: Jejak Degradasi Watuputih Rembang 1986 sampai 2024 dalam Video Viral

Rekaman perubahan Watuputih dari tahun 1986 hingga 2024
Sumber :
  • Tiktok @bayhusigit

Viva, Banyumas - Sebuah video dari akun TikTok @bayhusigit baru-baru ini viral dan menggugah kesadaran publik. Video itu memperlihatkan rekaman visual degradasi lingkungan di kawasan Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih, Rembang, yang terjadi selama rentang waktu 1986 hingga 2024.

Dalam video berdurasi 20 menit tersebut, terlihat jelas perubahan lanskap Pegunungan Kendeng yang drastis. Kawasan Watuputih Rembang yang dahulu dikenal dengan vegetasi hijau dan rimbun, kini terlihat gundul, terkelupas, dan penuh bekas tambang.

Video ini menyuguhkan fakta tak terbantahkan tentang dampak jangka panjang dari aktivitas penambangan batu kapur yang terus berlangsung selama hampir empat dekade. Ironisnya, CAT Watuputih merupakan kawasan karst yang semestinya dilindungi secara hukum dan ilmiah.

Hal ini ditegaskan oleh Dr. Ir. Surono (Mbah Rono), pakar geologi dan mantan Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, yang pernah menyatakan bahwa CAT Watuputih adalah kawasan karst aktif. Karst memiliki fungsi vital sebagai penyimpan dan distributor air tanah, menopang ekosistem lokal, serta menjadi sumber kehidupan masyarakat sekitar.

Namun, meski status kawasan ini sudah lama diperdebatkan, aktivitas tambang tetap beroperasi. Video ini pun menjadi semacam dokumentasi visual atas kegagalan sistem perlindungan lingkungan oleh negara.

Dampak kerusakan karst tidak bersifat sementara—kerusakan pada sistem karst bersifat permanen, karena lapisan geologinya tidak bisa pulih seperti semula. Pengambilan gambar dari tahun ke tahun memperlihatkan bagaimana kawasan Watuputih perlahan kehilangan fungsi ekologisnya.

Penambangan batu kapur tidak hanya menghilangkan vegetasi, tetapi juga merusak rongga-rongga bawah tanah yang menyimpan air, menyebabkan kekeringan dan penurunan kualitas hidup warga sekitar.