Bukan Cuma Upacara, Ini Makna Hari Pendidikan Nasional dan Peran Besar Ki Hajar Dewantara
- Freepik
Viva, Banyumas – Sesudah bulan April yang mau berakhir ini, kita akan berjumpa dengan Hari Pendidikan Nasional yang tepatnya tanggal 2 Mei. Apa kita semua sudah terdidik?
“Pendidikan bukan sekadar sekolah.” Kalimat itu mungkin terdengar biasa, tapi justru jadi inti dari makna Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang diperingati setiap 2 Mei.
Banyak dari kita hanya mengingat hari ini lewat upacara atau seremonial. Maknanya jauh lebih dalam, terutama jika kita mengenal sosok di balik tanggal tersebut: Ki Hajar Dewantara.
Ki Hajar Dewantara, yang bernama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, adalah seorang tokoh pendidikan yang percaya bahwa pendidikan harus membebaskan, bukan mengekang.
Melalui semboyannya yang terkenal “Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”, ia menegaskan bahwa guru atau pendidik bukanlah pusat segalanya.
Mereka bisa menjadi contoh, pengarah, atau pendukung dari belakang. Konsep ini tetap sangat relevan di era modern, terutama bagi Gen Z yang lebih menyukai pendekatan setara daripada otoriter.
Tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional, yang bertepatan dengan hari lahir Ki Hajar Dewantara. Pemerintah Indonesia menjadikannya sebagai simbol refleksi: sejauh mana pendidikan di Indonesia benar-benar merdeka?
Apakah anak-anak dapat berkembang dengan ruang berpikir, bukan sekadar menghafal?
Di tengah aktivitas kita yang makin padat, kerja hybrid, tuntutan sosial media—pendidikan harus tetap punya nilai: membentuk manusia yang merdeka dalam berpikir, punya empati, dan mampu hidup berdampingan.
Bukan cuma pintar, tapi juga peka.
Jadi, daripada sekadar ikut upacara atau posting ucapan di medsos, coba tanya ke diri sendiri: sudahkah kita, sebagai Bangsa Indonesia, ikut menjaga semangat pendidikan merdeka ala Ki Hajar?
Karena pendidikan bukan tentang siapa yang paling tahu, tapi siapa yang paling mau tumbuh.